19 Oktober 2022
19:45 WIB
Penulis: Gisesya Ranggawari
Editor: Nofanolo Zagoto
JAKARTA - Koordinator Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Surabaya Pos Malang, Daniel Siagian, menilai rekonstruksi Tragedi Kanjuruhan yang dilakukan oleh Polri bersama TGIPF tidak transparan. Terlebih, rekonstruksi tersebut dilakukan di Mapolda Jatim, bukan di TKP Stadion Kanjuruhan.
"Rekonstruksi seharusnya dilakukan secara transparan dan terbuka di Stadion Kanjuruhan, bukan secara tertutup di Polda Jatim," kata Daniel dalam keterangannya, Rabu (19/10).
Ia menjelaskan, rekonstruksi secara tertutup ini berpotensi menimbulkan keraguan terkait transparansi dan kebenaran hasil rekonstruksi. Apalagi, rekonstruksi tertutup ini tidak melibatkan korban, dalam hal ini Aremania dan masyarakat umun.
Padahal, pengusutan Tragedi Kanjuruhan ini termasuk dalam kepentingan publik terkhusus untuk Korban dan Aremania. Maka keterlibatan publik diperlukan untuk memantau jalannya rekonstruksi agar dilakukan secara adil.
Daniel menambahkan, keterlibatan publik dalam pemantauan rekonstruksi ini harus dilakukan khususnya untuk pihak saksi dan korban. Menurutnya hal itu sangat penting untuk menjamin fakta yang direkonstruksi secara terang-benderang dan tidak dikaburkan.
"Keterlibatan publik harusnya menjadi prioritas utama dalam pengusutan tragedi Kanjuruhan," tegas Daniel.
Dugaan Adanya Aktor Lain
Di sisi lain, LBH Pos Malang yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil ini meminta agar Komnas HAM, TGIPF dan Polri menyelidiki dan mendalami dugaan keterlibatan aktor lain dalam Tragedi Kanjuruhan.
Ia menduga masih ada aktor lain yang terlibat dalam tragedi yang menewaskan 133 orang itu dalam kerangka pertanggungjawaban komando, selain aktor lapangan yang telah dijadikan tersangka oleh polisi.
"Maka proses penuntasan tragedi ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memperjelas dugaan Pelanggaran HAM dalam Tragedi Kanjuruhan," tutur dia.
Diketahui pada Rabu (19/10) tim investigasi Polri bersama Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) melakukan rekonstruksi atas Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 di Mapolda Jatim.
Sebanyak 30 adegan diperagakan dalam rekonstruksi ini. Namun, tidak ada rekonstruksi soal penembakan gas air mata ke arah tribun penonton di Stadion Kanjuruhan. Pada reka adegan 19 hingga 25, tembakkan gas air mata hanya diarahkan ke sentel ban atau lintasan lari sisi selatan.
Padahal temuan TGIPF menyebutkan bahwa tembakan gas air mata ke tribun merupakan penyebab utama banyaknya korban jiwa di Tragedi Kanjuruhan. Tembakan gas air mata ke tribun membuat penonton panik dan berdesakan yang berimbas pada kehabisan oksigen serta terinjak-injak.
"Kesimpulan tetap pada kematian massal Tragedi Kanjuruhan disebabkan terutama oleh gas air mata," kata Ketua TGIPF, Mahfud MD beberapa waktu lalu