15 Oktober 2022
17:40 WIB
Editor: Rikando Somba
TANGERANG- Prevalensi kekerdilan anak atau stunting di Provinsi Banten kini mencapai 24,5% . Dengan demikian, prevalensi penderita stunting di provinsi tetangga DKI Jakarta ini kini, lebih tinggi dibandingkan dengan data nasional yang hanya mencapai 24,1%.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Sabtu (15/10) menyebutkan provinsi Banten adalah salah satu fokus penanganan penuntasan stunting nasional.
"Jadi ada 12 provinsi yang menjadi prioritas di Indonesia dalam penanganan kasus stunting. Salah satunya di Banten karena angkanya cukup tinggi baik itu dari sisi jumlah total maupun di persentase yang mencapai 24,5%," kata Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN Dr. Drs. Lalu Makripuddin di Tangerang, Sabtu.
BKKBN menyerukan, agar seluruh instansi dan semua pihak terkait terlibat dalam mengatasi prevalensi yang tinggi ini. Apalagi pemerintah pusat sudah mencanangkan target prevalensi sebesar 14% bisa tercapai di 2024.
Lalu menyebutkan, kasus kekerdilan di Indonesia masih terjadi karena terdapat anak atau remaja usia dini masih berisiko mengalami kekurangan energi kronik (KEK). Karenanya, dia menekankan bahwa pemberian pendampingan atau edukasi kepada para calon pengantin muda sangat penting dilakukan sebagai upaya pencegahan atau menekan angka pada kasus stunting tersebut.

Sebagai upaya penuntasan sunting, BKKBN Banten juga memberikan pelatihan Contraception Technology Update (CTU) bagi 45 bidan guna meningkatkan pelayanan program Keluarga Berencana (KB) di daerah tersebut.
Kemiskinan Ekstrem
Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Banten Dadi Ahmad Roswandi di Serang, Jumat, mengatakan peningkatan kesadaran masyarakat, terutama pasangan usia subur (PUS) akan pentingnya perencanaan keluarga, memiliki dampak terhadap peningkatan permintaan pelayanan KB.
“Program KB ini juga salah satu kunci penting dalam rangka menurunkan stunting di Banten, karena dengan KB artinya kita dapat menjaga jarak kelahiran sedangkan kecenderungan anak lahir stunting apabila jaraknya terlalu dekat dan terlalu banyak,” katanya.
Ke-45 bidan dari seluruh kabupaten dan kota se-Provinsi Banten itu dilatih menggunakan metode blended melalui kegiatan itu. Pelatihan meliputi pembelajaran tatap muka, simulasi pelayanan kontrasepsi, dilanjutkan dengan praktik pelayanan kontrasepsi kepada calon akseptor.
Upaya penuntasan stunting ini sejatinya juga berkaitan dengan penuntasan kemiskinan ekstrem. Dikutip dari Antara, berdasarkan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) dan PK21, BPS, maupun Kemensos, tercatat 999.402 keluarga di Banten mengalami kemiskinan ekstrem tersebar di delapan kabupaten/kota, sedangkan secara individu, kemiskinan ekstrem mencapai 4.109.807 orang.
“Kemiskinan ekstrem sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk, karena pertumbuhan penduduk berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat," katanya.