06 Oktober 2025
08:15 WIB
Presiden Perintahkan Periksa Struktur Bangunan Ponpes
Cek struktur dan kekuatan bangunan ponpes agar peristiwa ambruknya musala di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo tak terulang.
Editor: Leo Wisnu Susapto
Sejumlah petugas SAR gabungan mengevakuasi jenazah di reruntuhan mushalla Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Minggu (5/10/20205) dini hari. ANTARA/HO-Basarnas/pri.
JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto memerintahkan Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar untuk memeriksa struktur dan kekuatan bangunan di pondok-pondok pesantren sehingga insiden ambruknya musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9) tidak terulang.
“Itu perintah langsung Presiden Prabowo kepada Menko Muhaimin dalam rapat terbatas yang digelar di kediaman pribadi Presiden di Jalan Kertanegara, Jakarta, Minggu (5/10) malam,” jelas Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya dikutip Antara usai ratas.
Seskab melanjutkan, Presiden memerintahkan Menko PM untuk memeriksa sekaligus memperbaiki pondok pesantren resmi. Lalu dicek kekuatan struktur bangunannya, serta memberikan bantuan.
Kepada pemilik pondok, Presiden minta untuk memperhatikan betul proses renovasi atau pengembangan gedung bila hendak membangun ponpes-nya lanjut Seskab.
Baca juga: Bangunan di Ponpes Sidoarjo Ambruk
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyatakan insiden ambruknya bangunan mushalla di Ponpes Al Khoziny telah menjadi atensi khusus Presiden Prabowo.
Pras kemudian menyampaikan Presiden Prabowo juga memerintahkan evaluasi seluruh bangunan pesantren, terutama dari segi keamanan dan keselamatannya.
"Evaluasi ke depan semua pondok pesantren kami harapkan segera didata dan dipastikan keamanan dari sisi bangunan-bangunan, infrastruktur di pondok (pesantren) masing-masing," sambung Prasetyo.
Bangunan musala di Ponpes Al Khoziny ambruk pada Senin (29/9) siang, menyebabkan ratusan santri yang melaksanakan salat berjamaah terjebak di bawah puing-puing bangunan. Insiden itu berlangsung di tengah renovasi bangunan musala di lantai tiga.
Sebanyak 400 lebih petugas pencarian dan penyelamatan (SAR) langsung menjalankan evakuasi korban, tetapi proses itu tidak mudah mengingat puing-puing berukuran besar yang rentan ambruk dan dapat menimpa korban-korban selamat yang masih terjebak.
Sementara itu, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Surabaya mencatat jumlah korban selamat per Sabtu (4/10) bertambah menjadi 104 orang setelah satu santri yang sebelumnya hilang, dilaporkan dalam kondisi selamat.
Lalu, Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Surabaya mencatat telah menerima 45 kantong jenazah korban ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo hingga Minggu (5/10) pukul 18.00 WIB.
“Dari 45 kanton jenazah, sebanyak 10 korban telah teridentifikasi. Masing-masing lima orang teridentifikasi di Sidoarjo dan lima lainnya di RS Bhayangkara,” urai Kabid Dokkes Kepolisian Daerah Jawa Timur Kombes M Khusnan saat jumpa pers di RS Bhayangkara Surabaya, Minggu.
Khusnan menambahkan dari total 45 kantong jenazah tersebut, empat di antaranya berisi potongan tubuh atau body part. Seluruhnya telah diambil sampel DNA untuk proses identifikasi.
“Semuanya sudah saya kirim, sampel DNA-nya ke Jakarta. Yang kemarin juga sudah saya kirim, Minggu siang juga sudah saya kirim. Untuk yang baru datang kemungkinan Senin (6/10) kita juga akan lakukan,” urai dia.
Ia memastikan proses identifikasi melalui sampel DNA dilakukan secepat mungkin dengan terlebih dahulu mengambil sampel DNA keluarga korban agar proses pengiriman dapat langsung dilakukan begitu jenazah tiba.
Menjawab pertanyaan terkait penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dalam proses identifikasi, Khusnan menjelaskan bahwa NIK tidak menjadi dasar utama pengenalan jenazah.
“Jadi bukan terlambat karena apa namanya, kenapa keluarga korban sudah diambil kok enggak segera dikirim? Nah, kalau itu kan harus membutuhkan pembanding. Jadi kedua-duanya kita kirim,” jelas dia lagi.