20 Oktober 2025
18:16 WIB
Prabowo Sebut Angka Kemiskinan Capai Titik Terendah Sepanjang Sejarah RI
Selain mengumumkan angka kemiskinan turun, Presiden Prabowo Subianto menyebut tingkat pengangguran terbuka di Indonesia juga turun ke angka 4,67%, dan menjadi terendah sejak krisis 1998
Editor: Nofanolo Zagoto
Presiden Prabowo Subianto (kiri) berjalan bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (kanan) dan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (tengah). ANTARA FOTO/Fauzan
JAKARTA - Presiden RI Prabowo Subianto menyampaikan bahwa angka kemiskinan nasional menurun ke level 8,47%, yang disebut sebagai capaian terendah sepanjang sejarah Republik Indonesia.
Selain itu, penurunan juga terjadi pada tingkat pengangguran terbuka yang kini berada di kisaran 4,67%, angka terendah sejak krisis ekonomi 1998.
"Kita bersyukur juga angka kemiskinan turun ke 8,47%. Ini saya diberitahu catatan oleh para pakar ini angka terendah sepanjang sejarah RI. Kita bersyukur dan terima kasih walaupun kita tidak boleh puas. Tingkat pengangguran terbuka juga turun ke angka 4,67% ini adalah terendah sejak krisis 1998," kata Prabowo pada pidato pengantar Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Jakarta, seperti dilansir Antara, Senin (20/10).
Meski mencatat hasil positif, Prabowo mengatakan angka tersebut tetap menjadi perhatian karena masih merepresentasikan jutaan warga yang membutuhkan pekerjaan.
Presiden menekankan pemerintah terus bekerja keras untuk memperluas lapangan kerja dan menjaga daya serap tenaga kerja di tengah perubahan dunia yang cepat.
"Kita paham bahwa tingkat pengangguran ini sangat meresahkan bagi mereka yg sangat butuh pekerjaan, kita paham karena itu kita bekerja keras. Tetapi ini masalah dunia apa lagi dengan perkembangan teknologi yang demikian pesat terjadi disrupsi dalam produksi dan industri," ujar Prabowo.
Kepala Negara menyinggung mengenai tantangan ketenagakerjaan ke depan yang tidak hanya bersumber dari kondisi ekonomi, tetapi juga dari dampak perkembangan teknologi.
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan robotik disebut telah menyebabkan disrupsi besar, yang mengubah kebutuhan tenaga kerja secara signifikan.
Presiden lalu mencontohkan perubahan tersebut pada industri otomotif di Jerman, di mana pabrik yang sebelumnya mempekerjakan ribuan orang kini sebagian besar digantikan oleh sistem robotik.
"Munculnya AI, ini membuat sekarang faktor riset, faktor penelitian lebih cepat luar biasa. Dan mungkin tidak membutuhkan lebih banyak pekerjaan di bidang itu. Munculnya robotik harus kita catat, di Jerman pabrik Volkswagen yang 5.000–6.000 pekerja sekarang hanya 30 orang, sisanya robot. Ini harus kita kerjakan," kata Prabowo.