Jumlah anak Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi lengkap sekitar 1,3 juta anak, sehingga membuat Indonesia menempati peringkat keenam dunia penyumbang terbesar anak belum imunisasi
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan informasi palsu dan tidak benar merupakan salah satu penyebab banyak anak Indonesia tidak mendapatkan imunisasi. Di tengah derasnya arus informasi seperti sekarang, informasi palsu itu semakin sulit dibedakan dari fakta berbasis sains.
"Informasi yang tidak benar dan menyesatkan ini pada awalnya akan menimbulkan keraguan, ketakutan, dan pada akhirnya menimbulkan penolakan masyarakat terhadap imunisasi," ujar Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, Prima Yosephine, dalam gelar wicara di Jakarta, Rabu (16/4).
Dia melanjutkan, penolakan imunisasi akibat informasi palsu berdampak pada kesehatan masyarakat. Penyakit-penyakit yang seharusnya sudah terkendali bisa muncul kembali akibat menurunnya cakupan imunisasi.
Di Indonesia, kata Prima, jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi lengkap mencapai sekitar 1,3 juta anak. Angka ini membuat Indonesia menempati peringkat keenam dunia sebagai penyumbang terbanyak anak yang belum mendapatkan imunisasi.
Dia menyebutkan, jika hal itu terus dibiarkan akan semakin banyak anak Indonesia yang mengalami sakit, cacat, bahkan meninggal dunia akibat penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi.
Prima berpendapat, memerangi informasi palsu terkait imunisasi bisa dilakukan salah satunya oleh pegiat media sosial. Mereka memiliki kemampuan untuk menjangkau masyarakat luas, membangun kepercayaan, dan membentuk opini publik.
Oleh karena itu, dia pun mengajak pegiat media sosial dan penggerak komunitas untuk menyebarkan informasi yang benar tentang imunisasi. Informasi ini harus diambil dari sumber kredibel seperti Kemenkes dan World Health Organization (WHO). Lalu, diolah dengan bahasa yang sederhana dan menarik bagi masyarakat.
"Kita meng-counter hoaks dan disinformasi imunisasi dengan fakta dan data yang akurat. Jangan ragu untuk meluruskan informasi imunisasi yang salah," pesan Prima.