c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

11 Mei 2024

11:30 WIB

Pengamat Nilai Anies-Ahok Berpeluang Dipasangkan 

Wacana Anies-Ahok dopasangkan dalam Pilgub DKI Jakarta 2024 sebagai eksperimen baik dan berani. 

Penulis: Aldiansyah Nurrahman

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Pengamat Nilai Anies-Ahok Berpeluang Dipasangkan&nbsp;</p>
<p>Pengamat Nilai Anies-Ahok Berpeluang Dipasangkan&nbsp;</p>

Calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis dari (27/3/2024). Antara Foto/Aprillio Akbar.

JAKARTA - Rektor Universitas Paramadina Didik J Rachbini menyatakan, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berpeluang menjadi pasangan dalam Pilgub Pilkada 2024.

Dia menilai gagasan politik menyatukan Anies dan Ahok di Jakarta adalah eksperimen yang baik dan berani. Sekaligus untuk membersihkan pencitraan politik menuju polarisasi radikal agama atau radikal sekuler. 

“Radikal sekuler di sini mirip-mirip radikal kiri yang anti agama,” jelasnya, dalam keterangan tertulis Jumat (10/5) malam.

Pendiri INDEF ini mengatakan pertarungan politik Anies dan Ahok di Jakarta beberapa tahun lalu dalam pertarungan persepsi yang menjadi kenyataan dalam sekejap. Tetapi kemudian lenyap dalam sekejap berikutnya.  

Menurut dia, kemenangan Anies di Jakarta dikhawatirkan sejumlah pihak akan menjadi politik radikal, yang tidak akan toleran terhadap keberagaman.  

“Pilgub Jakarta sebelumnya adalah pilgub paling brutal dan jangan diulangi lagi,” tambah dia.

Namun, disampaikan Didik, persepsi itu lenyap ketika Anies hadir dalam pilpres dengan partai pendukung dari partai-partai nasionalis.  

Tim pemenangan di kanan dan kirinya juga datang dari kaum nasionalis, dengan latar belakang agama yang lengkap.  

Dalam pilpres itu tidak ada lagi pertarungan citra radikal agama dan radikal sekuler, anti NKRI, dan rasisme. 

“Politik dan demokrasi yang terbuka seperti sekarang ini adalah pertanda baik, paling tidak dilihat dari sisi persepsi citra seperti ini, kecuali masalah etika dan nepotisme Jokowi,” urai Didik.

Dia lalu mengatakan Anies memang seorang yang religius, tetapi tidak radikal seperti yang dipersepsikan ketika hadir dalam pilgub DKI dulu.

Lalu, Ahok memang temperamental, yang kadang-kadang tabu di dalam politik. Namun, sesungguhnya Ahok adalah seorang yang nasionalis dilihat dari sejarah karier politiknya.  

Didik mengatakan tidak ada lagi faktor pendorong keduanya ke arah radikal, karena Anies sudah bisa tampil di dalam pilpres dengan citra nasionalis religius biasa. Sementara Ahok juga akan bisa diterima publik.

“Anies dan Ahok pasti berpikir positif jika paham gagasan seperti ini dari berbagai pihak yang hendak menjadikannya simbol kesatuan dari keduanya,” ulas dia.

Dia menambahkan, Anies masuk Pilgub Jakarta mempunyai peluang menang sangat besar jika tidak kita katakan hampir 100%.  

Anies punya prestasi di Jakarta, meskipun banyak kritik juga. Anies juga semakin populer ketika menjadi capres.

Dia memprediksi jika Anies tidak masuk politik dalam dalam lima tahun ke depan maka namanya hilang dari peredaran. 

“Anies bukan pemimpin partai politik seperti Prabowo Subianto atau Jusuf Kalla pada masanya,” pungkas Didik.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar