24 November 2023
17:17 WIB
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
JAKARTA - Peneliti Bakteri Wolbachia dan Demam Berdarah dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Adi Utarini menjelaskan, penerapan teknologi wolbachia dapat mengurangi beban biaya penanganan demam berdarah dengue (DBD).
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), misalnya, mencatat adanya penurunan kebutuhan fogging dari sekitar 200 kali menjadi sembilan kali pada tahun ini. Yogyakarta merupakan kota pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi wolbachia sejak 2016.
"Kalau tidak salah beliau (pihak Dinkes Yogyakarta) menceritakan penghematannya sekitar Rp200 juta. Ini kemudian bisa direalokasi untuk kegiatan berbeda. Itu baru di skala kecil," ujar perempuan yang akrab disapa Uut ini dalam konferensi pers daring, Jumat (24/11).
Ia melanjutkan, penerapan wolbachia juga bisa menghemat biaya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk penanganan pasien DBD. Sebab, setelah Yogyakarta menerapkan teknologi wolbachia, proporsi pasien DBD yang dirawat di rumah sakit berkurang hingga 86%.
"Sekitar tahun 2017-an di satu kabupaten itu bisa sampai Rp8-9 miliar hanya untuk dengue. Jadi, ini juga potensi penghematan yang besar," jelas dia.
Tak hanya itu, teknologi wolbachia disebutnya dapat menekan kasus zika hingga 37% dan kasus chikungunya hingga 56%. Data ini berdasarkan penelitian World Mosquito Program (WMP) di Brazil. Seperti DBD, zika dan chikungunya juga disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti.
Namun, ketika penelitian WMP dilakukan di Yogyakarta, kasus zika dan chikungunya tidak ditemukan. Jadi, dampak wolbachia pada zika dan chikungunya di Indonesia belum dapat diketahui.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi menyampaikan, sepanjang Januari hingga November tahun ini ada 76.449 kasus DBD dengan 571 kematian. Angka ini merupakan penurunan dari 143.300 kasus dengan 1236 kematian tahun lalu.
"Sebetulnya kita sudah bisa menurunkan lebih dari separuh kasus tahun lalu, tapi angka tahun ini masih cukup tinggi," ujar dia pada kesempatan yang sama.