c

Selamat

Jumat, 29 Maret 2024

NASIONAL

26 November 2021

20:16 WIB

Penanganan Banjir Kalbar Butuh Keterlibatan Semua Pihak

Kejadian banjir melanda Kalimantan Barat hampir satu bulan lamanya

Penulis: Seruni Rara Jingga

Editor: Nofanolo Zagoto

Penanganan Banjir Kalbar Butuh Keterlibatan Semua Pihak
Penanganan Banjir Kalbar Butuh Keterlibatan Semua Pihak
Warga berada di atas perahu motor di jalan raya Pasar Sungai Durian, Sintang, Kalimantan Barat, Senin (22/11/2021). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bambang Hendroyono mengingatkan, dalam upaya penanganan banjir diperlukan penanganan secara holistik dari seluruh elemen, melalui upaya jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

“Ketika kita sudah mengetahui apa yang menjadi penyebab-penyebabnya, pemerintah tentunya akan membuat perencanaan aksi dalam posisinya mengembalikan pemulihan itu menjadi fungsi-fungsi perlindungan,” ujar Bambang dalam keterangan tertulis, Jumat (26/11).

Bambang mengatakan, kejadian banjir yang melanda Kalimantan Barat hampir satu bulan dipicu oleh hujan ekstrem yang menyebabkan luapan sungai Kapuas dan Sungai Melawi. 

Selain itu, saat ini Indonesia juga tengah mengalami fenomena La Nina, di mana di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami curah hujan di atas normal. "Bahkan curah hujannya mencapai dua hingga tiga kali lipat dari kondisi curah hujan rata-rata," jelasnya.

Kejadian banjir di Kalimantan Barat juga diduga karena adanya pasang laut yang menyebabkan terhambatnya aliran air sungai. Kedua hal tersebut menyebabkan tidak tertampungnya volume air di badan sungai, serta menggenangi areal pemukiman dan lahan daratan dalam jangka waktu yang cukup panjang. 

Kombinasi bentang alam dan penggunaan lahan, sambung Bambang, juga menjadi faktor lain penyebab kejadian banjir. Selain itu, disebabkan karena kapasitas drainase yang kecil sehingga tidak mampu mengalirkan air yang masuk. 

Bambang mengatakan, lokasi banjir merupakan meander serta cekungan yang berada di hilir DAS Kapuas dan merupakan dataran rendah dengan sistem lahan berupa dataran banjir (flood plain). Bagian hulu DTA  lokasi banjir didominasi oleh lereng curam hingga sangat curam. 

Luas DAS Kapuas kurang lebih 9.659.790 hektare (ha) dan Daerah Tangkapan Air (DTA) banjir sekitar 6.941.735 ha.  Dengan kata lain, luas DTA banjir lebih kecil dari luas DAS Kapuas. 

Wilayah hulu DAS Kapuas yang hanya 25% merupakan suatu kawasan resapan air yang harus dilestarikan. Karena potensi penyimpanan air tanah sebagian besar berasal dari kawasan ini, maka jika kawasan ini rusak, potensi hidrologi yang besar tersebut akan hilang. 

Bambang menjelaskan, lokasi terdampak banjir di Kabupaten Sintang berada pada sempadan sungai yang merupakan rawa belakang (back swamp). Rawa belakang merupakan bagian dari dataran banjir (flood plain) dimana endapan lumpur halus dan tanah liat mengendap setelah banjir.

Rawa belakang biasanya terletak di belakang tanggul alami sungai (natural leeve). Tanggul alami sungai adalah pemanjangan dari tanggul yang terdiri atas pasir dan lanau dan terendapkan sepanjang tepi sungai selama masa banjir.

Temuan ini menunjukkan bahwa lokasi terdampak banjir yang terjadi di Provinsi Kalimantan Barat berada di daerah dataran banjir (flood plain), yang secara alamiah merupakan daerah tergenang (inundasi).   

“DTA Kapuas itu menjadi prioritas yang harus dikelola kembali agar memenuhi prinsip-prinsip, norma-norma selayaknya sebuah DAS yang harus bisa dijaga tidak boleh ada hambatan dari atas ke bawah mengalir,” ujar Bambang.

Adapun sebaran dan kondisi hutan di Kalbar berdasarkan fungsi hutan pada DAS Kapuas terdiri atas Hutan Produksi 2.732.132,97 ha (28,28%); Hutan Lindung 1.761.283,01 ha (18,23%); Hutan Konservasi 1.116.894,90 ha (11,56%); dan Areal Penggunaan Lain (APL) 4.049.524,02 ha (41,92%).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentar Login atau Daftar





TERPOPULER