c

Selamat

Selasa, 16 April 2024

NASIONAL

25 Oktober 2021

20:33 WIB

Pemerintah Waspadai Varian AY.4.2

Varian itu menjadi penyebab lonjakan kasus konfirmasi positif covid-19 di Inggris mulai Juni 2021 hingga saat ini

Penulis: Wandha Nur Hidayat

Editor: Nofanolo Zagoto

Pemerintah Waspadai Varian AY.4.2
Pemerintah Waspadai Varian AY.4.2
Petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya melakukan tes usap PCR kepada pelajar SMP Negeri 60 Surabaya, Selasa (28/9/2021). ANTARA FOTO/Didik Suhartono

JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah terus mewaspadai penyebaran sejumlah varian dari virus SARS-CoV-2. Salah satunya adalah varian AY.4.2 yang merupakan turunan dari varian Delta dan memiliki risiko mengkhawatirkan.

"Kami sudah lihat bahwa di Inggris ada satu varian yang berpotensi mengkhawatirkan yaitu AY.4.2, yang belum masuk di Indonesia, yang sekarang perkembangannya terus kami monitor seperti apa," ungkap Budi dalam konferensi pers secara daring, Senin (25/10).

Dia menjelaskan, varian itu menjadi penyebab lonjakan kasus konfirmasi positif covid-19 di Inggris yang sudah cukup lama mulai Juni 2021 hingga saat ini. Negara-negara lain di Eropa pun saat ini disebut masih terus mengalami peningkatan kasus positif covid-19.

Pemantauan varian-varian tersebut penting dilakukan mengingat sebentar lagi akan ada kondisi libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022. Terlebih, ditegaskan pemerintah ingin mencegah lonjakan berikutnya mengingat tahun depan ada banyak acara besar.

"Seperti G20 yang sangat bergantung kepada kepercayaan pimpinan-pimpinan dunia bagaimana Indonesia bisa menangani kondisi terutama di Nataru. Karena kalau ada lonjakan akan sangat mengganggu kehadiran mereka dan suksesnya acara tersebut," ujarnya.

Budi mengatakan, pemantauan pada seluruh kabupaten dan kota pun telah dilakukan dalam kurun waktu empat pekan terakhir. Hasilnya, sebanyak 105 kabupaten/kota yang tersebar di 30 provinsi mulai menunjukkan peningkatan kasus positif selama dua pekan terakhir.

Angka peningkatannya disebut masih belum mengkhawatirkan dan di bawah batas aman WHO. Namun, pemerintah ingin mengantisipasi lebih dini agar tidak ada euforia karena kasus covid-19 saat ini sudah rendah, sehingga menyebabkan kenaikan yang tidak terkendali.
 
"Apa yang perlu dilakukan? Yang pertama, dari sisi surveilans, kami memastikan bahwa semua kontak erat harus dilakukan testing. Karena di situlah risiko terbesar dari penyebaran. Selain kasus konfirmasi, seluruh kontak erat harus dilakukan testing," kata dia.
 
Selain itu, vaksinasi perlu lebih dipercepat terutama bagi kelompok lansia yang memiliki risiko tinggi dirawat dan meninggal dunia jika terjadi lonjakan kasus berikutnya. Kemenkes mencatat sudah 182 juta dosis vaksin covid-19 yang disuntikkan Indonesia hingga hari ini.
 
Jumlah itu terdiri dari 113 juta penduduk yang baru mendapat dosis pertama, atau sekitar 54% dari target 208 juta populasi yang akan divaksin, dan 68 juta penduduk yang sudah mendapat dosis kedua, atau sekitar 32% dari target populasi yang akan divaksin.
 
"Kami mengharapkan di akhir tahun bisa mencapai angka suntikan antara 290–300 juta dosis vaksin untuk 168 juta orang suntik pertama atau sekitar 80% dari target populasi, dan 123 juta orang yang suntik kedua atau sekitar 59% dari target populasi," urai Budi.
 
Dia mengungkapkan Indonesia telah menerima total 248 juta dosis vaksin. Sebanyak 207 juta sudah didistribusikan, yang mana 182 juta di antaranya sudah disuntikkan. Jadi sisa stok vaksin yang masih ada di seluruh kabupaten dan kota di 34 provinsi sebesar 55 juta dosis.
 
Terkait obat-obatan covid-19, pemerintah telah melakukan kunjungan ke produsen obat Molnupiravir, Merck, di Amerika Serikat. Kini mereka sudah sampai pada tahap finalisasi agreement agar Indonesia bisa mengadakan tablet Molnupiravir pada akhir tahun 2021.
 
"Jadi kita memiliki obat yang cukup untuk menghadapi bila ada potensi gelombang berikutnya. Kami juga sudah menjajaki dengan mereka untuk bisa membangun pabrik obatnya juga di Indonesia dan termasuk bahan baku obatnya," pungkas Budi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar