17 Desember 2024
14:19 WIB
Pemerintah Gelar Program Deteksi Dini Lupus
Deteksi dini lupus sebagai penyakit seribu wajah yang banyak menyerang perempuan usia 15-45 tahun.
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
Ilustrasi penderita penyakit lupus. Shutterstock/eldar nurkovic.
JAKARTA - Pemerintah akan mengadakan program deteksi dini lupus mulai tahun 2025. Sasaran awal program ini adalah wanita usia subur yang akan menikah atau calon pengantin, mengingat penyakit ini paling banyak menyerang wanita usia reproduksi yaitu 15-45 tahun.
"Kalau kita kenal (deteksi dini) dan ditangani sejak dini, maka usia harapan hidup dari pada pasien lupus itu tidak berbeda dengan populasi umum lainnya," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dalam media briefing daring, Selasa (17/12).
Dia menjelaskan, penanganan lupus seringkali terlambat. Pasalnya, lupus merupakan penyakit autoimun yang dijuluki penyakit seribu wajah. Artinya, gejala-gejala yang muncul tidak khas dan menyerupai gejala penyakit lain.
Hal itu membuat lupus sulit dikenali, sehingga diagnosisnya tidak tepat dan intervensinya terlambat. Jika intervensi terlambat atau bahkan tidak dilakukan, penyakit lupus akan berkembang semakin parah. Hal ini menjadi beban sosial-ekonomi bagi masyarakat dan negara karena pembiayaan lupus yang mahal.
Selain itu, Nadia menyebut masyarakat perlu melakukan deteksi dini lupus secara mandiri dengan metode SALURI atau periksa lupus sendiri. Ini dilakukan dengan memeriksa sebelas gejala lupus.
Di antaranya, gejala nyeri sendi, jari tangan atau kaki kaku saat dingin. Kemudian, sariawan lebih dari dua minggu, ada ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu di pipi, hipersensitif terhadap matahari, dan lainnya.
Jika seseorang mengalami minimal empat gejala lupus, ada kemungkinan orang tersebut terkena lupus. Hal ini ditindaklanjuti dengan segera datang ke fasilitas layanan kesehatan untuk mendapat diagnosa.
"Secara pembiayaan ini sudah masuk di dalam BPJS, sudah ada programnya juga untuk rujuk baik-nya. Memang yang menjadi tantangan adalah menemukan kasusnya secara dini," ujar Nadia.
Dia menambahkan, saat ini Indonesia belum memiliki data nasional terkait lupus. Namun, studi yang dilakukan Handono Kalim di Malang mengestimasikan prevalensi lupus sebesar 0,5% dari total populasi. Artinya, perkiraan penyandang lupus saat ini mencapai 1,3 juta orang.