c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

11 Juni 2025

15:27 WIB

Pemerintah Buka Ruang Kolaborasi Masyarakat Pulihkan 12,7 Juta Ha Lahan Kritis

Memulihkan lahan kritis sebagai upaya mitigasi dampak perubahan cuaca ekstrem yang menimbulkan bencana hidrometeorologi.

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Pemerintah Buka Ruang Kolaborasi Masyarakat Pulihkan 12,7 Juta Ha Lahan Kritis</p>
<p>Pemerintah Buka Ruang Kolaborasi Masyarakat Pulihkan 12,7 Juta Ha Lahan Kritis</p>

Illustrasi Hutan Indonesia. Sumber: Shutterstock/Dok.

JAKARTA - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) buka ruang kolaborasi bagi setiap kelompok masyarakat, termasuk pemuka agama untuk menjaga dan memulihkan kawasan hutan. Karena, hutan punya peran penting bagi kelangsungan kehidupan.  

Kemenhut juga membuka peran pemuka agama untuk program rehabilitasi 12,7 juta hektare (ha) lahan kritis. Upaya ini menjadi bagian dari strategi mitigasi bencana hidrometeorologi yang berkelanjutan. 

"Ketika hutan dipelihara dan lahan kritis direhabilitasi, kemampuan hutan menyerap air meningkat sehingga berkontribusi langsung pada pengurangan risiko banjir dan kekeringan," urai Kepala Pusat Pengembangan Mitigasi dan Adaptasi Bencana Hidrometeorologi Kemenhut, Wening Sri Wulandari di Jakarta, Rabu (11/6).

Pemerintah menargetkan pemulihan seluas 12,7 juta ha lahan kritis hingga tahun 2029 dalam program strategis nasional yang dimandatkan kepada Kemenhut.

Program tersebut mencakup rehabilitasi lahan kritis di wilayah mineral, gambut, maupun ekosistem mangrove yang memiliki fungsi penting dalam mitigasi bencana iklim.

Baca juga: Pemulihan Lahan Kritis di Indonesia Butuh 60 Tahun 

Wening menjelaskan, pelaksanaan rehabilitasi tidak hanya menjadi tugas pemerintah semata, tetapi turut melibatkan partisipasi aktif masyarakat juga tokoh agama di berbagai daerah yang memiliki pengaruh sosial dan moral yang besar.  

"Pemuka agama bisa menjadi motor penggerak karena memiliki jaringan luas dan kepercayaan publik. Mereka kami ajak untuk turut menanam pohon dan menjaga lingkungan," urai dia.

Untuk mendukung keterlibatan masyarakat, kata Wening, Kemenhut menyediakan berbagai jenis bibit pohon secara gratis. Bantuan ini bertujuan mendorong kesadaran bersama dalam menjaga kelestarian alam dan memperkuat ketangguhan terhadap bencana iklim.

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tercatat setidaknya selama periode 1 Januari–15 Desember 2024 ada sebanyak 1.942 kali peristiwa bencana alam yang melanda hampir ke seluruh penjuru negeri. Dari total kejadian itu ada 95 persen di antaranya merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.

Selama periode itu, teridentifikasi total ada sebanyak 469 orang meninggal dunia, 58 orang dinyatakan hilang dan 1.157 orang harus mendapatkan perawatan medis akibat luka yang di deritanya. Lebih dari 61.554 unit rumah warga rusak dan 10.821 unit rumah di antaranya rusak berat, bahkan ada yang rata dengan tanah.

Wening menegaskan, kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, pemuka agama, dan komunitas lokal sangatlah penting karena menjadi bagian dari pendekatan holistik dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis ekologi dan nilai-nilai spiritualitas.

"Pelestarian hutan tidak hanya soal teknis kehutanan, tapi juga menyangkut tanggung jawab moral kita kepada generasi mendatang," ungkap dia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar