30 September 2024
19:05 WIB
Pembubaran Paksa Diskusi Di Grand Kemang Buruk Untuk Kebebasan Berpendapat
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) berharap aksi pembubaran paksa di ruang publik seperti yang terjadi di Hotel Grand Kemang merupakan yang terakhir
Penulis: Aldiansyah Nurrahman
Editor: Nofanolo Zagoto
Petugas menggiring dua tersangka kasus pembubaran paksa diskusi Forum Tanah Air (FTA) usai konferensi pers di Polda Metro Jaya Jakarta, Minggu (29/9/2024). ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom.
JAKARTA - Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, mengecam pembubaran paksa diskusi di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Sabtu (28/9). PHRI menilai aksi tersebut tidak bagus untuk kebebasan berpendapat di Indonesia.
“Ini tidak bagus untuk kegiatan masyarakat yang memang kita ini kan masyarakat yang majemuk, yang punya beragam pendapat, dan kebebasan pendapat itu dijamin oleh Undang-Undang,” katanya, dalam konferensi pers di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Senin (30/9).
Maka dari itu, PHRI berharap aksi pembubaran paksa di ruang publik seperti hotel merupakan yang terakhir.
Lebih lanjut, Hariyadi menyampaikan pihak hotel mempunyai tanggung jawab terhadap keselamatan orang yang berada di dalam hotel.
“Apa jadinya kalau misalnya dalam tindakan premanisme tersebut. Ada yang terluka misalnya begitu atau bahkan lebih parah lagi ada yang sampai meninggal,” ujarnya.
Hariyadi menegaskan hotel adalah ruang publik. Karena itu, keberadaannya juga dijamin Undang-Undang.
Ia menambahkan, PHRI memandang insiden ini dengan serius dan sangat keberatan atas aksi premanisme tersebut.
Tindakan kekerasan dan intimidasi, terlebih terjadi di tempat komersial yang bertujuan memberikan kenyamanan dan keamanan bagi tamu, tidak dapat dibiarkan.
“Insiden semacam ini berpotensi merusak citra industri perhotelan nasional, yang berperan penting dalam mendukung perekonomian dan pariwisata Indonesia,” katanya.
PHRI meyakini bahwa tindakan kekerasan dan intimidasi semacam ini tidak memiliki tempat dalam masyarakat, terutama di area publik seperti hotel yang sangat penting bagi industri pariwisata dan perekonomian Indonesia.
Tindakan tersebut tidak hanya mengganggu kelancaran operasional hotel, tetapi juga mencoreng reputasi Indonesia sebagai destinasi yang ramah bagi tamu domestik maupun internasional.
Sebagai informasi, terjadi pembubaran paksa acara diskusi Diaspora yang diselenggarakan oleh Forum Tanah Air (FTA) di Hotel Grand Kemang. Diskusi ini dihadiri Refly Harun, Said Didu, Mayjen (Purn) Soenarko, dan sejumlah aktivis.