31 Januari 2025
15:25 WIB
PDIP Tuding Jokowi Dibalik Pencopotan Kang Ubed
Kang Ubed dicopot dari jabatan di UNJ karena sebelumnya melaporkan dugaan korupsi Jokowi.
Penulis: Gisesya Ranggawari
Editor: Leo Wisnu Susapto
Presiden Prabowo Subianto (kanan) berbincang dengan Presiden RI ketujuh Joko Widodo (kiri) saat maka n malam di Solo, Jawa Tengah, Minggu (3/11/2024). AntaraFoto/Galih Pradipta.
JAKARTA - Juru Bicara DPP PDIP, Guntur Romli menuding, pencopotan Ubedilah Badrun alias Kang Ubed dari jabatan Kepala Departemen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berkaitan dengan Presiden ke-7, Joko Widodo (Jokowi).
Menurut dia, pencopitan ini salah satu upaya pembungkaman yang dilakukan Jokowi karena Kang Ubed merupakan salah satu pihak yang melaporkan dugaan korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) Jokowi dan keluarganya ke KPK.
"Ini bisa jadi sebagai upaya pembungkaman karena melaporkan dugaan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) Jokowi dan Keluarganya ke KPK," jelas Guntur dalam keterangan tertulis, Jumat (31/1) di Jakarta.
Guntur mengungkapkan bahwa PDIP mendapatkan informasi terkait Ubedilah Badrun yang dicopot dari jabatannya sebagai Koordinator Program Studi/Kepala Departemen Pendidikan Sosiologi UNJ dan dia menilai pencopotan ini berhubungan dengan sikap kritisnya selama ini.
"Kan Ubedilah Badrun yang melaporkan dugaan korupsi, kolusi, nepotisme dan pencucian uang Jokowi dan keluarganya ke KPK," beber Guntur.
Ubedilah Badrun diketahui sudah lima kali melaporkan Jokowi dan keluarganya ke KPK atas dugaan KKN, namun hingga saat ini tidak pernah ada tindak lanjut dari KPK.
Terakhir pada 7 Januari 2025, Ubedilah Badrun bersama Nurani '98 kembali melaporkan ke KPK, setelah nama Jokowi masuk dalam rilis Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) sebagai finalis pemimpin paling korup dan terlibat kejahatan terorganisir pada tahun 2024.
Atas dasar itu, Guntur meyakini pencopotan Ubedilah Badrun yang dilakukan oleh Rektor UNJ sebelum berakhir masa jabatannya merupakan bukti yang nyata pembungkaman terhadap Ubedilah Badrun.
Menurut dia, meskipun Jokowi sudah tidak menjabat sebagai presiden tapi Jokowi terlihat masih menganggap dirinya sebagai presiden dengan terus membangun opini dan menggerakkan media massa.
"Lalu dia kan menggalang orang-orang ke rumahnya di Solo, untuk membentuk opini bahwa dia masih sangat berpengaruh di negeri ini," cetus Guntur.
Lebih lanjut, Guntur pun menyebut kolega Jokowi di politik masih memegang peran-peran penting dalam kekuasaan. Maka, Jokowi bisa memberikan rekomendasi ataupun input bagi koleganya di politik yang sekarang masih menjabat.
"Karena itulah, pengaruh Jokowi masih sangat kuat dalam kekuasaan saat ini, karena kenekatan Jokowi untuk terus melakukan cawe-cawe politik, maka ada upaya pembungkaman terhadap tokoh-tokoh yang kritis terhadap kerakusan Jokowi dan keluarganya," tandas dia.