27 September 2025
12:17 WIB
Pakar Urai Bahaya Konsumsi Daging Hiu
Daging hiu mengandung senyawa yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia.
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
Foto ikan hiu/Antaranews.
JAKARTA - Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), Dede Nasrullah mengatakan, konsumsi daging hiu berbahaya bagi Kesehatan. Terutama, bagi anak-anak yang sedang dalam proses pertumbuhan. Sebab, daging hiu mengandung sejumlah senyawa yang berdampak serius pada tubuh manusia.
Dede memaparkan, salah satu senyawa dalam daging hiu adalah metilmerkuri. Ini merupakan senyawa beracun yang terbentuk dari akumulasi polutan industri di laut dan salah satu racun paling aktif secara biologis. Kandungan merkuri dalam hiu juga merupakan yang tertinggi dibanding ikan lain.
"Dampaknya sangat luas, mulai dari kerusakan sistem saraf pusat, penyakit kardiovaskular, penurunan kesuburan pria, hingga penyakit neurodegeneratif seperti alzheimer,” terang Dede melalui keterangan di laman resmi UM Surabaya, Sabtu (27/9).
Dia menjelaskan, pada anak-anak kandungan merkuri juga bisa mengganggu perkembangan otak. Hal ini membuat kemampuan bahasa, memori, konsentrasi, hingga motorik halus anak terganggu.
Baca juga: Ada Keracunan MBG, BGN Hentikan SPPG 14 Hari
Selain merkuri, Dede menyebutkan daging hiu mengandung arsenik dari mangsa yang mereka buru. Senyawa ini sangat berbahaya karena dapat merusak paru-paru, kulit, dan memicu pertumbuhan sel kanker jika masuk ke aliran darah. Kandungan arsenik tertinggi ada pada bagian sirip yang sering dianggap istimewa.
Dia juga menjelaskan, studi yang dipublikasikan dalam Tropical Conservation Science (2013) mengungkapkan bahwa daging hiu mengandung kadar timbal yang tinggi. Mengonsumsinya menyimpan risiko kesehatan seperti sakit kepala, kejang, bahkan hingga kematian.
“Semakin besar dan tua seekor hiu, semakin tinggi akumulasi timbal dalam tubuhnya, karena itu konsumsi daging hiu apalagi dari spesies besar atau bagian organ dalamnya sangat berisiko,” imbuh Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya itu.
Dede pun menanggapi kasus dugaan keracunan makanan yang menimpa 24 siswa dan seorang guru di Ketapang, Kalimantan Barat, baru-baru ini. Keracunan diduga terjadi usai mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan lauk ikan hiu.
Menurut dia, kasus tersebut merupakan alarm serius bagi program makanan sekolah. Penyelenggara program harus menyediakan menu sehat dengan mempertimbangkan aspek keamanan bahan pangan. Anak-anak juga sebaiknya tidak dijadikan korban percobaan bahan pangan berisiko tinggi.
"Pemerintah perlu memperhatikan standar keamanan makanan agar kasus serupa tidak terulang,” pesan Dede.