Paparan radioaktif bisa menimbulkan mual, muntah, diare, hingga meningkatkan risiko kanker
Tim Khusus Pelaksana melakukan dekontaminasi terhadap temuan yang tercemar radiasi Cesium-137 (Cs-137) di Kawasan Industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, Banten, Kamis (2/10/2025). ANTARA FOTO/Angga Budhiyanto/nym
JAKARTA - Ahli Radiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ana Majdawati, mengungkapkan dampak jangka panjang paparan radioaktif terhadap kesehatan manusia. Dampak ini bervariasi, mulai dari akut hingga kronis, tergantung besaran dosis radioaktif yang diterima seseorang.
“Untuk dosis tinggi, efeknya bisa muncul dalam hitungan hari hingga minggu, seperti mual, muntah, diare, atau kemerahan pada kulit akibat Acute Radiation Syndrome (ARS),” terang Ana dalam keterangan tertulis di laman resmi UMY, Senin (6/10).
Dia menjelaskan, dampak paparan radioaktif dosis tinggi lebih cepat terlihat. Meski begitu, paparan dosis rendah yang terjadi terus-menerus justru lebih berbahaya. Sebab, paparan dosis kecil bisa memicu kerusakan sel dan kromosom tanpa gejala, sehingga dalam jangka panjang berisiko menimbulkan penyakit degeneratif dan karsinogenik seperti kanker.
"Efeknya bersifat silent, bisa berjalan bertahun-tahun tanpa disadari, hingga akhirnya menimbulkan gangguan serius pada jaringan tubuh,” tambah Ana.
Dia juga menyebutkan, kelompok masyarakat tertentu seperti anak-anak, ibu hamil, dan lansia lebih rentan terhadap dampak radiasi. Hal ini karena anak-anak masih dalam tahap pembentukan sistem imun, sementara ibu hamil memiliki imunitas yang menurun. Pada ibu hamil, paparan radioaktif pada trimester pertama bisa mengganggu perkembangan organ.
Oleh karena itu, menanggapi kasus paparan radioaktif di Cikande, Ana menilai pemerintah perlu bertindak cepat dan tepat dalam menangani dugaan paparan radiasi. Perlu ada langkah awal berupa isolasi dan dekontaminasi untuk mencegah penyebaran lebih luas. Lalu, perlu pemeriksaan medis dan pemantauan dosis radiasi pada korban.
Jika ada individu yang terpapar radiasi, dia menyarankan agar yang bersangkutan menggunakan alat pemantau dosis. Alat ini mencatat jumlah paparan radiasi yang diterima dan wajib dievaluasi rutin untuk menekan risiko kesehatan jangka panjang.
Selanjutnya, Ana berpendapat pemerintah harus menerapkan pengawasan ketat terhadap standar keselamatan radiasi di lingkungan industri.
“Pemerintah harus memastikan setiap pabrik memiliki standar perlindungan lingkungan yang memadai, menyediakan alat pelindung diri seperti apron timbal, serta memperhatikan asupan gizi pekerja,” pungkas Ana.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan melaporkan sebanyak sembilan orang yang terpapar radioaktif CS-137 di Cikande, Serang, sedang menjalani perawatan. Sembilan orang itu dinyatakan positif terpapar CS-137 berdasarkan hasil pemeriksaaan whole body counter (WBC).
"Sembilan orang tersebut sudah ditangani RS Fatmawati Jakarta, tidak bergejala dan dalam kondisi baik," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, dalam keterangan yang diterima, Jumat (3/10).