23 Agustus 2024
15:14 WIB
Pakar Unair Ajak Remaja Putri Cegah Anemia
Remaja putri cegah anemia dengan mengonsumsi makanan kaya zat besi.
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Remaja putri meminum obat penambah darah. ANTARA FOTO/Makna Zaezar
JAKARTA - Dosen Kebidanan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), Lestari Sudaryanti mengajak remaja untuk mencegah anemia sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi makanan kaya zat besi, protein, dan vitamin.
"Misalnya, makan hati, daging sapi, unggas, ikan, telur, sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan buah kaya vitamin C,” urai Lestari dalam keterangan tertulis di laman resmi Unair, Jumat (23/8).
Selain itu, lanjut dia, remaja juga bisa rutin mengonsumsi suplemen zat besi tambahan. Dosisnya adalah satu tablet dalam satu minggu. Bagi remaja perempuan yang sedang menstruasi, disarankan mengonsumsi suplemen zat besi setiap hari.
“Minum suplemen sebaiknya setelah makan malam atau menjelang tidur. Minumnya pakai air putih, jangan pakai teh, susu, atau kopi," pesan Lestari.
Dia menjelaskan, remaja merupakan kelompok yang sangat rentan mengalami anemia. Pada remaja perempuan, kondisi ini biasa disebabkan oleh kehilangan banyak darah saat menstruasi.
Di samping itu, remaja juga membutuhkan asupan zat besi dan protein yang tinggi karena berada dalam fase pertumbuhan yang cepat.
“Gejala anemia itu tergantung penyebabnya, tapi gejalanya bisa lemas, cepat lelah, pusing, sakit kepala, mudah mengantuk, kulit terlihat pucat, hingga detak jantung tidak teratur," terang Lestari,
Menurut dia, anemia pada remaja akan menurunkan produktivitas mereka. Remaja dengan riwayat anemia juga bisa mengalami anemia lagi saat memasuki masa kehamilan. Anemia pada masa kehamilan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
Kondisi ini, kata Lestari, juga menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan yang berisiko meningkatkan potensi kematian ibu dan anak. Oleh karena itu, mencegah anemia sejak remaja perlu dilakukan.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi anak usia 5-14 tahun yang mengalami anemia mencapai 16,3%. Sementara itu, prevalensi remaja usia 15-24 tahun yang mengalami anemia mencapai 15,5%.