c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

NASIONAL

11 Januari 2025

11:17 WIB

Pakar: Menu MBG Belum Sesuai Pedoman Kemenkes

Menu MBG belum sesuai pedoman Kemenkes, yakni Isi Piringku.

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Pakar: Menu MBG Belum Sesuai Pedoman Kemenkes</p>
<p>Pakar: Menu MBG Belum Sesuai Pedoman Kemenkes</p>

Menu yang disajikan pada pelaksanaan MBG perdana di SDN Kedungbadak 1 Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (6/1/2025). AntaraFoto/M Fikri Setiawan.

JAKARTA - Dosen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair), Lailatul Muniroh menilai, sebagian menu Makan Bergizi Gratis (MBG) belum sesuai dengan pedoman makan gizi seimbang yang dicanangkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), yakni Isi Piringku. Hal ini berdasarkan beberapa contoh menu MBG di Sidoarjo, Jawa Timur, yang dia lihat.

"Tidak ada sayuran, lauk meski dengan protein hewani pun secara kuantitas terlalu sedikit, begitu pun buahnya," demikian Laila dikutip dari keterangan tertulis di laman resmi Unair, Sabtu (11/1).

Dia melanjutkan, secara kuantitas sebagian menu MBG juga belum memenuhi kebutuhan 40% total kalori sehari. Kualitas gizinya pun belum sesuai pedoman.

Selain itu, dia mengomentari tidak adanya susu pada menu MBG di beberapa sekolah. Menurut dia, susu mengandung zat gizi yang tinggi dan penting bagi masa pertumbuhan anak. Misalnya, kalsium, protein, vitamin D, vitamin A, zat besi, dan magnesium. 

Laila berkata, ketiadaan susu pada beberapa menu MBG dapat diganti dengan makanan tinggi kalsium lainnya. Contohnya, produk olahan susu seperti yogurt dan keju, pangan nabati seperti tempe, atau pangan hewani seperti ikan teri, sarden, telur, dan daging ayam.

"Sehingga, kebutuhan gizi mereka tetap terpenuhi meskipun tanpa hadirnya susu," terang Laila.

Dia juga mengatakan, program MBG perlu dievaluasi secara berkala. Pada tahap pertama, perlu ada evaluasi terkait ketersediaan makanan, kualitas makanan, dan kepuasaan dari penerima program.

“Mulai dari jumlah siswa yang mendapatkan makanan apakah sudah sesuai dengan sasaran, kandungan gizi pada menu berdasarkan pedoman Isi Piringku," jelas Laila.

Selain itu, kata dia, tingkat penerimaan siswa terhadap rasa dan variasi makanan juga perlu dievaluasi. Ditambah, evaluasi kepuasaan guru dan orang tua serta keluhan terkait distribusi makanan.

Pada tahap selanjutnya, Laila berkata luaran program harus jadi perhatian. Mulai dari persentase makanan termakan atau terbuang oleh siswa dan jumlah siswa yang memakan semua komponen makanan. Sementara dari segi dampak, ada tiga indikator yang perlu menjadi bahan evaluasi, yaitu status gizi anak, prestasi akademik dan kesehatan, serta kesadaran gizi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar