24 Januari 2025
17:18 WIB
Pakar Ingatkan Potensi Pengungsi Internal Akibat Kenaikan Air Laut
Masyarakat pesisir yang tidak memiliki pendanaan yang cukup harus menghadapi kenyataan tempat tinggal mereka semakin sempit akibat kenaikan air laut
Editor: Nofanolo Zagoto
Foto udara kondisi permukiman warga yang terdampak rob (limpasan kenaikan air laut ke daratan) di De sa Tugu, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Minggu (14/5/2023). Antara Foto/Aji Styawan
JAKARTA - Pakar Pesisir dari Universitas Katolik Soegijapranata Hotmauli Sidabalok mengatakan, isu yang terjadi di pesisir mengakibatkan perpindahan domestik atau pengungsi internal akibat berkurangnya daratan karena banjir rob.
Dalam diskusi daring yang diadakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) di Jakarta, Jumat (24/1), Hotmauli menjelaskan beberapa isu yang terjadi di pesisir utara Jawa Tengah, termasuk banjir rob dan abrasi, yang mengakibatkan mundurnya daratan. Hal ini pada akhirnya bisa menyebabkan internal displacement persons atau pengungsi internal.
"Mereka bukan orang yang berpindah antara negara karena perubahan iklim, tapi mereka berpindah ke tempat basah ke tempat kering. Habis itu sekitar beberapa tahun lagi airnya naik, pindah lagi, cari ke tempat kering, ini problem yang terbaru," katanya.
Khusus dalam kasus di pesisir utara Jawa Tengah, Hotmauli mengatakan, terdapat beberapa faktor, mulai dari kondisi alami pesisir yang mengakibatkan pembangunan membuat tanah yang mudah turun, sehingga air lebih cepat masuk ke daratan.
Ekstraksi air bawah tanah secara berlebihan, lanjut dia, juga berpengaruh dengan kenaikan air laut ke daratan, ditambah dengan adanya krisis iklim di mana terjadi kenaikan muka air laut. Tidak hanya itu, dia juga menyoroti belum maksimalnya tata kelola pesisir.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan adanya fenomena ketidakadilan iklim, kata dia, di mana orang yang memiliki kemampuan dapat berpindah atau meninggikan infrastruktur rumah atau jalan untuk menghindari kenaikan air laut.
Di sisi lain, orang yang tidak memiliki pendanaan yang cukup harus menghadapi kenyataan tempat tinggal mereka semakin sempit akibat kenaikan air laut, ditandai dengan banjir rob yang semakin luas.
Untuk itu dia mendorong adanya keadilan lingkungan, paling tidak dilakukan langkah mitigasi yang meminimalkan dampak yang ada. Langkah tersebut, katanya, harus mempertimbangkan kelompok rentan yang berada di pesisir.
"Kelompok masyarakat pesisir ini adalah orang-orang yang sekarang penting, menjadi salah satu kelompok yang harus ditanya, mereka maunya apa," kata Hotmauli.