24 Januari 2025
10:33 WIB
Olah Food Waste, DKI Optimalkan JRC Pesanggrahan
Food waste yang tidak bisa dimanfaatkan atau dikonsumsi lagi, akan diolah menjadi kompos atau melalui proses biokonversi menggunakan maggot Black Soldier Fly (BSF)
Pekerja menguji coba mesin pres sampah plastik di Jakarta Recycle Centre (JRC), Pesanggrahan, Jakarta, Kamis (20/7/2023). Antara Foto/ Rivan Awal Lingga
JAKARTA - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta memaksimalkan pengoperasian "Jakarta Recycle Center" (JRC) di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, yang menjadi salah satu fasilitas pengolahan sampah mudah terurai. Di tempat ini, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Jumat (24/1), sampah mudah terurai diolah menjadi kompos dan produk lain melalui teknologi biokonversi.
Asep menegaskan tentang pentingnya pemilahan sampah mudah terurai, material daur ulang, dan residu dalam sektor hotel, restoran, dan kafe (horeka) di Jakarta.
Dia menyoroti pentingnya pengelolaan food waste, yaitu makanan yang masih layak konsumsi, namun tidak dikonsumsi karena alasan estetika atau kelebihan stok serta makanan yang tidak habis termakan.
"Food Waste ini bisa disalurkan ke yayasan sosial atau panti asuhan. Ini adalah langkah kecil yang memberikan dampak besar," serunya.
Di sisi lain, food waste yang tidak bisa dimanfaatkan akan diolah menjadi kompos atau melalui proses biokonversi menggunakan maggot Black Soldier Fly (BSF). Asep memastikan, evaluasi rutin terhadap praktik pemilahan sampah di sektor horeka, diperlukan untuk memastikan efektivitas pelaksanaannya.
Dia pun berharap upaya ini mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan meningkatkan tingkat daur ulang di DKI Jakarta.
“Target kami, setidaknya 10-15% timbulan sampah Jakarta yang disumbangkan sektor horeka ini dapat diminimalkan dan tidak berakhir di TPA," kata Asep.
Ketua Umum Badan Pimpinan Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Sutrisno Iwantono sendiri menyatakan komitmen sektor horeka untuk mendukung upaya pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
“Isu lingkungan hidup telah menjadi perhatian global. Kami berkomitmen untuk mematuhi prinsip-prinsip pengelolaan yang ramah lingkungan tanpa mengabaikan keberlanjutan operasional hotel dan restoran,” kata Sutrisno.
Sutrisno berharap, langkah konkret dalam pengelolaan sampah mudah terurai dapat meningkatkan daya saing sektor horeka di Jakarta sebagai destinasi pariwisata global.
Sampah MBG
Tak hanya dari sektor horeka, Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin sebelumnya juga meminta kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menangani sampah sisa makanan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik.
"Jadi pupuk dan makanan hewan. Itu semua bisa kalau dikelola dengan baik," kata Khoirudin di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) serta perangkat daerah di masing-masing wilayah, harus bisa mengelola sampah organik (food waste) ini menjadi produk yang bermanfaat. Jika dikelola dengan baik, kata Khoirudin, sampah sisa makanan Program MBG bisa memiliki dampak positif. Bahkan, tidak berdampak penumpukan di tempat pembuangan akhir (TPA).
"Tidak mudah mengelola sampah. Tapi jika bisa diolah maka sampah itu bernilai tinggi dan bisa dijadikan manfaat," kata Khoirudin.
Sebelumnya, DLH DKI Jakarta menyatakan kesiapan untuk memfasilitasi pengelolaan sisa makanan dari Program MBG dengan fokus pada pengolahan sampah organik sisa makanan.
"Sampah organik dari dapur SPPG akan kami tangani untuk selanjutnya dibawa ke TPS 3R dan didistribusikan ke penggiat Biokonversi Maggot Black Soldier Fly (BSF)," kata Asep Kuswanto.
Asep mengatakan, dukungan ini mencakup penanganan sampah organik dapur (SOD) dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) hingga di sekolah-sekolah. Semua itu, kata Asep, bertujuan memastikan sampah organik dapat dikelola secara efektif dan dimanfaatkan secara optimal.
Dia menegaskan, komitmen DLH Jakarta dalam menangani sampah organik yang dihasilkan dari dapur hingga sisa makanan di sekolah.