c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

23 Juli 2024

19:17 WIB

NTB Mulai Alami Kekeringan

Rata-rata, wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini sudah mengalami kekeringan, kecuali Kota Mataram. BMKG pun mengimbau warga tetap waspada terhadap kekeringan meteorologis pada musim kemarau 2024

<p>NTB Mulai Alami Kekeringan</p>
<p>NTB Mulai Alami Kekeringan</p>

Foto udara kawasan persawahan yang mengering di wilayah Lombok Timur, NTB, Rabu (12/6/2024). (Antara Foto/Ahmad Subaidi)

MATARAM - Dinas Pertanian dan Perkebunan Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkapkan, kekeringan lahan pertanian akibat musim kemarau mulai terjadi di wilayah tersebut. Untungnya, sejauh ini belum ada dampak yang signifikan terhadap produksi pangan.

"Rata-rata di NTB sudah mengalami kekeringan, kecuali Kota Mataram," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Muhammad Taufieq Hidayat di Mataram, Selasa (23/7) seperti dilansir Antara.

Taufieq menuturkan, dampak yang tidak terlalu signifikan terhadap produksi pangan terjadi karena para petani di NTB mampu membaca kondisi alam. Mereka hanya menanam komoditas yang berpotensi bisa panen, seperti jagung dan tembakau yang cocok saat musim kemarau.

"Petani sebenarnya cerdas, mereka melihat iklim kalau (kemarau) tidak cocok padi, sehingga mereka menanam yang berpotensi (tumbuh) jangan sampai bisa tanam tetapi tidak bisa bisa panen," kata Taufieq.

Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB menyebutkan, angka produksi padi hingga semester I 2024 telah mencapai 899 ribu ton, sudah lebih dari 50% dari target produksi sebesar 1,4 juta ton pada tahun ini. 

Pemerintah pun, kata Taufiq memastikan terus membantu para petani dengan pompanisasi dan irigasi, sebagai bentuk mitigasi dalam menghadapi musim kemarau.

Irigasi perpompaan diberikan dalam bentuk bantuan uang tunai kepada kelompok tani senilai Rp112,8 juta. Para petani merencanakan sendiri dengan pola mereka dengan dibantu oleh konsultan pendamping. Sedangkan, perpompaan merupakan bantuan dari pemerintah pusat sekitar 4.100 unit.

"Sekarang bantuan itu sudah terserap sekitar 30%," ujar Taufieq.

Lebih lanjut, dia menyampaikan, alasan bantuan pemerintah pusat kurang terserap karena proses pengadaan distribusinya yang agak telat. Jadi petani yang seharusnya menanam padi sudah terlanjur menanam jagung. Untuk diketahui, Pemerintah NTB tidak menyalurkan bantuan pompa kepada para petani yang menanam jagung karena pompa itu hanya untuk padi.

"Kalau ada yang belum terdistribusi untuk musim tanam ketiga, ada sumber air, mereka mau tanam padi, maka kami distribusikan kembali pompa tersebut," pungkas Taufieq.

Kekeringan Meteorologis
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sendiri sebelumnya mengungkapkan, puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Juli dan Agustus 2024. Angin dominan dari arah timur hingga tenggara membawa massa udara kering dan dingin dari daratan Australia ke Indonesia sehingga kurang mendukung proses pertumbuhan awan.

BMKG pun mengimbau warga agar tetap waspada terhadap kekeringan meteorologis pada musim kemarau 2024 di wilayah NTB. 

"Berdasarkan analisis dan prediksi curah hujan dasarian, terdapat indikasi kekeringan meteorologis sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan indikator hari tanpa hujan," kata Prakirawan BMKG NTB Angga Permana.

BMKG menyatakan, untuk potensi kekeringan dengan status Siaga terjadi di wilayah Kabupaten Dompu (Kecamatan Kilo dan Pajo), Kabupaten Bima (Kecamatan Belo, Lambitu, Palibelo) dan Kota Bima (Kecamatan Raba). Kemudian Lombok Barat (Kecamatan Lembar), Sumbawa (Kecamatan Labuhan Badas, Sumbawa, Unter Iwes), dan Sumbawa Barat (Kecamatan Jereweh).

"Saat ini seluruh wilayah NTB sudah memasuki musim kemarau. Masyarakat NTB diimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif, dan efisien," ujar Angga.

Hasil Monitoring ENSO (El Nino-Southern Oscillation) terakhir, kata dia, menunjukkan Indeks ENSO (+0.19) terpantau berada pada kondisi netral. Prediksi indeks ENSO akan beralih menuju La Nina mulai periode Juli-Agustus-September (JAS) 2024.

Sementara itu, nilai anomali SST (Sea Surface Temperature) atau suhu permukaaan air laut di Samudera Hindia menunjukkan nilai IOD (Indian Ocean Dipole) Netral (-0.21). Diprediksi IOD Positif akan berlangsung Juli hingga Oktober 2024 dan kembali Netral hingga akhir tahun 2024.

Aliran masa udara wilayah Indonesia bagian selatan, termasuk NTB, sudah didominasi angin timuran. Update terakhir MJO (Madden Julian Oscillation) terpantau tidak aktif di wilayah Indonesia dan diprediksi tetap tidak aktif hingga awal Juli 2024.

"Aktifnya MJO berkaitan dengan potensi peningkatan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia termasuk wilayah NTB," tuturnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar