c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

07 November 2025

12:56 WIB

Modifikasi Cuaca Jakarta Dinilai Pengaruhi Lahan Pertanian Urban

Sebagian besar petani urban di Jakarta menanam sayuran daun seperti kangkung, bayam, dan sawi yang sangat bergantung pada stabilitas cuaca

Editor: Nofanolo Zagoto

<p>Modifikasi Cuaca Jakarta Dinilai Pengaruhi Lahan Pertanian Urban</p>
<p>Modifikasi Cuaca Jakarta Dinilai Pengaruhi Lahan Pertanian Urban</p>

Petani urban bernama Latif yang memanfaatkan lahan perkebunan tengah kota di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (7/11/2025). ANTARA/Luthfia Miranda Putri.

JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengendalikan curah hujan. Hanya saja, OMC dinilai petani urban berpotensi mempengaruhi kondisi lahan pertanian di wilayah perkotaan Jakarta, terutama terhadap tanaman sayuran yang sensitif terhadap perubahan pola hujan.

"Hujan, apalagi hujan ekstrem di Jakarta, sangat berpengaruh terhadap teman-teman petani urban. Banyak lahan kami yang awalnya bukan untuk pertanian, seperti di tepi sungai atau tanah miring," kata petani urban Jagakarsa, Latif di Jakarta Selatan, Jumat (7/11), sebagaimana dilansir Antara.

Latif mengatakan, curah hujan yang tidak menentu belakangan ini berdampak langsung pada proses tanam dan pengolahan kompos.

Menurut dia, kelembapan tinggi akibat hujan berkepanjangan juga memperlambat proses pengomposan yang menjadi sumber utama pupuk organik bagi petani urban.

Sebaliknya, saat cuaca terlalu kering, proses dekomposisi berjalan lambat dan kualitas kompos menurun.

“Kalau terlalu basah, pengomposan jadi lama. Tapi kalau terlalu kering, mikroorganismenya mati, nutrisinya hilang,” katanya.

Latif menjelaskan, sebagian besar petani urban di Jakarta menanam sayuran daun seperti kangkung, bayam, dan sawi yang sangat bergantung pada stabilitas cuaca.

Perubahan mendadak pada curah hujan akibat modifikasi cuaca dapat menyebabkan batang tanaman patah, daun rusak, hingga peningkatan serangan hama.

Untuk mengantisipasi dampak tersebut, komunitas petani di RW 6 Cipedak ini berinisiatif mengolah sampah organik rumah tangga menjadi kompos. Hasil kompos itu kemudian digunakan kembali di kebun-kebun warga agar tanah tetap subur tanpa harus bergantung pada pupuk sintetis.

“Kami mencoba menutup siklusnya sendiri. Sampah dapur diolah jadi kompos, dipakai menanam, hasilnya kembali ke masyarakat. Ini juga mengurangi sampah yang dibuang ke Bantar Gebang,” ujarnya.

Dengan demikian, dia berharap pemerintah dapat memperhitungkan dampak modifikasi cuaca terhadap pertanian perkotaan, yang kini menjadi bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan di Jakarta.

“Kami tidak tahu teknis modifikasi cuaca seperti apa, tapi harapannya kebijakan itu tidak hanya melihat dari sisi teknis cuaca, melainkan juga dari sisi masyarakat yang terdampak, termasuk petani kota,” katanya.

Latif menambahkan, sinergi antara kebijakan pengendalian cuaca dan program lingkungan di tingkat masyarakat dapat membantu mitigasi perubahan iklim di perkotaan, salah satunya pengolahan kompos dan kebun komunitas sebagai bagian dari mitigasi iklim yang nyata.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar