01 Agustus 2024
08:11 WIB
Minuman Manis Tak Selalu Picu Anak Cuci Darah
Anak cuci menurut pakar di RSHS Bandung karena dua faktor.
Editor: Leo Wisnu Susapto
Rumah Sakit Hasan Sadikin. sehatnegeriku.kemkes.go.id.
BANDUNG - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengungkapkan, pasien anak yang sedang menjalani cuci darah atau hemodialisis di rumah sakit tersebut bukan karena minuman manis.
Konsultan Nefrologi Anak RSHS, Dany Hilmanto menyampaikan, pasien anak yang saat ini menjalani cuci darah telah memiliki riwayat penyakit gagal ginjal yang sudah lama ataupun memiliki kelainan bawaan.
“Karena memang penyebabnya cuci darah pada anak kebanyakan ada dua sebab, yaitu kelainan struktur dan adanya penyakit glomerulus pada ginjal,” urai Dany dikutip dari Antara di Bandung, Rabu (31/7).
Penjelasan RSHS sebagai respons tentang banyak pasien anak-anak yang melakukan pengobatan cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta yang saat ini viral di media sosial.
Dia menegaskan, umumnya pada penyakit gagal ginjal, faktor sering mengonsumsi makanan yang tidak sehat, tidak langsung menimbulkan gejala pada penyakit tersebut.
“Bahwa dari tahun ke tahun penyakit-penyakit yang akibatkan oleh makanan tidak sehat itu melalui tahap yang panjang, dia harus melalui ke hipertensi dulu, diabetes melitus dulu, obesitas yang di mana semua itu merupakan risiko pada gagal ginjal,” papar Dany.
Dia melanjutkan, gangguan ginjal pada anak-anak berbeda dari gangguan ginjal pada orang dewasa. Adapun kasus yang sering ditemukan, kata dia, kelainan bawaan.
“Karena pada saat ini usia sudah di atas lima tahun memang yang paling banyak karena penyakit glomerulus. Jadi yang paling sering di antaranya penyakit glomerulus itu adalah yang bocor ginjal,” kata Dany.
Staf Divisi Nefrologi RSHS Bandung, Ahmedz Widiasta mengatakan, sekitar 20 anak menjalani cuci darah secara rutin setiap bulan di Poliklinik Hemodialisis RSHS Bandung.
Dia menyebutkan hingga saat ini jumlah pasien anak yang menjalani pengobatan cuci darah akibat penyakit gagal ginjal masih relatif normal.
“Kalau jumlah kasus tidak ada peningkatan ataupun penurunan yang untuk kasus anak dengan penyakit ginjal kronik yang mendapatkan cuci darah rutin itu sekitar 10 sampai 20 anak per bulannya,” lanjut dia.