c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

09 Mei 2025

19:00 WIB

Merangsang Anak Senang Tari Tradisional

Pemerintah perlu turun tangan memperhatikan kesejahteraan para pengajar tari tradisional, agar mereka tetap semangat mengajarkan seni tari tradisional Indonesia kepada anak sebagai generasi penerus.

Penulis: Gisesya Ranggawari

Editor: Rikando Somba, Nofanolo Zagoto,

<p dir="ltr" id="isPasted">Merangsang Anak Senang Tari Tradisional</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">Merangsang Anak Senang Tari Tradisional</p>

Anak-anak yang berlatih tari tradisional bersama Belantara Budaya Indonesia di AEON Deltamas, Cikarang. ValidnewsID/Gisesya Ranggawari

JAKARTA - Selepas pulang kuliah, Ariel Putri langsung bergegas ke AEON Deltamas, Cikarang. Hari itu, dia ada jadwal mengajar tari kreasi tradisional bersama Belantara Budaya Indonesia. Ariel yakin kelasnya pasti akan kembali dipenuhi anak-anak.

Latihan tari dimulai pukul 15.30 WIB, tetapi Ariel sudah tiba pukul 14.00 dengan sepeda motornya. Ariel terbiasa datang lebih awal karena tahu harus menyiapkan make up, kain tari, sampai sound system untuk pengiring tari.

"Lumayan capek, tapi senang saya melakukan ini," ujar Ariel saat berbincang bersama Validnews, Kamis (8/5) di Cikarang, Jawa Barat.

Anak-anak yang sudah rutin ikutan latihan tari berangsur datang. Ariel menyapa mereka satu persatu, bahkan sudah terlihat akrab dengan orang tua yang mengantar anaknya.

Setelah sekitar 25 anak berkumpul, kelas dimulai. Ariel mulai berlenggak-lenggok memperagakan tari ondel-ondel. Tari tradisional Betawi ini sebenarnya telah diajarkan pekan sebelumnya. Ariel menarikannya lagi hanya untuk pengingat. Kemudian, anak-anak, sebelumnya telah dibagi dalam beberapa kelompok, akan bergantian menari berkelompok di atas panggung. 

Ariel sebagai guru hanya menyaksikan dari dekat, sambil sesekali kembali mencontohkan gerakannya.

Tarian demi tarian mereka lahap dengan lancar. Tarian mereka mulai dari tari ondel-ondel, tari bajul ijo, tari wak wak gung, tari delman, tari gemu fa mi re maumere, sampai tari kancil sebagai penutup.

"Kalau sudah pada bisa, tetap diulang semuanya dari awal di sesi berikutnya, pekan depan," ungkap mahasiswi President University ini.

Selain mengajarkan gerak, Ariel juga menyampaikan sejarah tarinya. Biasanya ini dilakukan sebelum memulai tari dan setelah tari pada saat pendinginan. 

"Dikasih tahu sejarahnya, tarinya dari mana, terus diulas lagi di akhir, jadi enggak cuma gerakan, tapi asal usulnya tahu," ucapnya.

Karena ruang kelasnya terbuka, pengunjung mal kadang ada yang suka menyimak penjelasan Ariel. Tidak juga jarang ada orang dewasa ikut masuk ke dalam barisan penari, mengikuti semua instruksi dan gerak Ariel. Bahkan, pernah ada seorang lansia 70 tahun ikutan menari bersama kelas.  

Ariel tidak melarang mereka. Ia justru senang. Animo orang dewasa terhadap tari tradisional ternyata tidak luntur. 

Latih Kepercayaan Diri
Ariel sadar melatih anak-anak memerlukan pendekatan yang berbeda. Pengajaran tari perlu diajarkan perlahan-lahan. Semua harus disampaikan secara mendetail. 

"Menghadapi anak-anak enggak bisa langsung di-push, dituntut harus langsung bisa, kita ajarkan sedikit demi sedikit, detail gerakannya, langkahnya perlahan," Ariel menerangkan.

Ariel ingin kepercayaan diri anak yang dilatihnya meningkat. Ini akan membuat gerak tari si anak lebih lepas, terlihat lebih luwes. Makanya, Ariel biasanya menyuruh para anak berlatih menari berkelompok di atas panggung. 

"Naik ke atas panggung untuk melatih kepercayaan diri, biar berani. Ada beberapa anak yang enggak terbiasa pakai korset, maka dilatih biar terbiasa saat tampil nanti," imbuhnya.

Latihan-latihan ini muaranya adalah pementasan. Khusus untuk anak asuh Ariel di AEON Deltamas Cikarang ini, penampilan perdana sudah dilakukan beberapa bulan lalu saat pembukaan mal. 

Metode latihan yang diterapkan Ariel sejatinya terinspirasi dari pelatihnya dulu. Ariel sudah bergabung dengan Belantara Budaya Indonesia sejak kelas 5 SD. 

"Ini saya tahunya sesuai pengalaman, kami mencontoh guru yang dulu saya lihat, saat saya menjadi anak-anak yang diajarkan itu," terang Ariel.

Ariel kini mau menjadi guru demi pelestarian tari tradisional, selain tentunya untuk pengembangan karier tarinya sendiri. Dia sadar pengenalan gerakan tari sejak kecil bisa menstimulus ketertarikan anak tersebut pada dunia tari, atau budaya Indonesia pada umumnya.

Ia optimistis anak-anak akan tertarik bergabung. Terlebih, setiap anak bisa ikut latihan bersama Belantara Budaya Indonesia tanpa ada beban biaya apapun. Kostum tari sebagian juga telah sudah disiapkan oleh Belantara Budaya Indonesia.

Ariel berharap program tari gratis ini mampu menjaga pelestarian tari tradisional dan kreasi di Tanah Air. 

"Aku suka tari dari TK, karena ada ekskul tari. Makanya, Belantara Budaya Indonesia pun datang ke sekolah-sekolah untuk mempromosikan program tari gratis ini," paparnya.

Pelestarian yang baik, menurut Ariel, perlu dilakukan dengan pendekatan yang lebih santai. Soal ini, Ariel punya resep sendiri. Tiap kali latihan, Ariel selalu menyiapkan lagu-lagu daerah sebagai pengiring. Harapannya, anak-anak jadi lebih semangat, bisa nyanyi bareng dan akhirnya menumbuhkan chemistry diantara mereka.

"Tentunya kita harus menjaga tari tradisional kita, jangan sampai punah oleh modernisasi. Cara lagu daerah ini, alhamdulillah mampu membuat para anak jadi tertarik. Aku berharap bisa membawa nama Indonesia ke dunia internasional," kata Ariel.

Seperti halnya Ariel, Aisya Noor Haliza juga terjun jadi guru tari di Belantara Budaya Indonesia. Bedanya, ia mengajar ekstrakurikuler tari di Sekolah Alam Cikeas setiap hari Kamis. 

Di sana, Aisya harus selalu menyiapkan beberapa materi tarian yang sedang diajarkan, disesuaikan dengan progres para murid. Aisya juga harus meramu teknik penyampaian agar mudah dimengerti oleh anak-anak. 

Selama 9 bulan menjadi guru tari di Belantara Budaya Indonesia, Aisya selalu merasa bahagia melihat anak-anak senang dan antusias berlatih. Kebahagiaan itu bertambah saat murid tarinya berhasil menampilkan gerakan tari yang baik.  

"Momen-momen seperti inilah yang membuat aku semakin bersyukur dan termotivasi untuk terus mengajar dan melestarikan tari tradisional," katanya kepada Validnews, Kamis (8/5).

Nyaman untuk Anak
Metode ajar yang diajarkan Aisya sangat bergantung pada tingkat kemampuan anak-anak dan tahapan materi yang sedang dipelajari. Tapi biasanya, latihan akan dibagi menjadi beberapa sesi. Dimulai dengan pemanasan, pengulangan materi dan gerakan tari sebelumnya, lalu latihan materi yang sedang dipelajari. Setelah itu, diadakan sesi evaluasi ringan, dan diakhiri dengan mengulas tarian sebelumnya.

Pada sesi latihan per pekan, Aisya mengedepankan satu jenis tari daerah terlebih dahulu. Satu materi tarian biasa ditargetkan selesai dalam waktu sekitar lima minggu, agar anak-anak bisa benar-benar memahami dan menguasai gerakan secara mendalam. 

Aisya sadar tari tradisional memiliki pakem yang harus dijaga, terutama dalam hal gerakan dan makna budaya. Untuk itu, ia hanya menyelipkan improvisasi kecil. Penyesuaian posisi atau ekspresi, contohnya. Hal ini akan dilakukannya selama tidak mengubah esensi dari tarian tersebut.  

"Ini biasanya aku sesuaikan dengan kebutuhan pertunjukan atau kemampuan murid," ungkap Aisya.

Aisya sadar setiap anak punya karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu, suasana latihan sebisa mungkin dibuatnya nyaman, menyenangkan dan sarat dukungan. Ini dilakukan agar anak-anak berani mengekspresikan diri, hingga akhirnya cinta dunia tari.

Aisya mengaku sudah jatuh cinta pada dunia tari sedari kecil. Ia dulu selalu dimanjakan dengan pementasan kesenian, termasuk tari, di sekitar rumahnya di Jakarta Selatan. Karena tergoda untuk belajar, Aisya akhirnya rutin masuk ekskul tari di sekolah, kecuali saat masa SMA, karena tidak ada ekskul tari di Madrasah Aliyah.

"Rasa ketertarikan itu semakin kuat saat aku mulai belajar langsung dari kakak-kakak pelatih yang sangat mencintai budaya Indonesia. Dari sinilah aku mulai senang menekuni dunia tari tradisional," urai Aisya.

Sampai pada akhirnya, pada tahun 2023, Aisya ikut daftar sebagai peserta tari di Belantara Budaya Indonesia. Satu tahun kemudian, Aisya terpilih menjadi salah satu Gen Budi Pekerti Angkatan 2, dan dipercaya untuk mengajar tari di Sekolah Alam Cikeas. Di sana ia mengajar setiap hari Kamis dari pukul 10.00 sampai 12.00, dari SD sampai SMA.

Meski telah reguler mengajar tari, Aisya masih punya bermimpi ingin mengajar tari kepada anak-anak difabel. Aisya percaya seni adalah ruang yang inklusif. Semua anak berhak merasakan kebahagiaan serta kepercayaan diri lewat gerak. 

"Selain itu, aku juga sangat ingin tampil di panggung panggung besar seperti pagelaran 'Sabang Sampai Merauke' dan berbagai event budaya nasional maupun internasional'," ucap Aisya.

Serba Gratis
Sekolah tari gratis Belantara Budaya Indonesia ini diakui salah seorang orang tua murid, Nadia, cukup membantu upayanya menyalurkan bakat tari anaknya. Sebab tidak menuntut biaya apapun. 

Biasanya, iuran sanggar tari bisa mencapai Rp600 ribu per bulan untuk tiga sampai empat kali pertemuan. Biaya yang harus dikeluarkan bisa bertambah untuk kostum dan sebagainya.

"Kalau bisa sih ada terus ya, sangat membantu. Karena anak saya memang hobi menari dan ingin difokuskan, diseriuskan ke dunia tari. Jadi ada tari gratis ini sangat membantu," kata Nadia saat ditemui Validnews di AEON Deltamas, Cikarang, Kamis (8/5).

Belantara Budaya Indonesia sendiri didirikan Diah Kusumawardani Wijayanti, pada tahun 2013 lalu. Tujuannya, untuk melestarikan budaya Indonesia, khususnya di bidang seni tari tradisional dan musik tradisional.

Untuk menarik minat, setiap latihan di Belantara Budaya Indonesia semuanya gratis dan terbuka untuk umum. Diharapkan, Belantara Budaya Indonesia ini menjadi wadah dalam pembelajaran seni budaya Indonesia bagi generasi muda.

Keberadaan sekolah tari gratis oleh Belantara Budaya Indonesia menurut pelaku seni tradisional, Rianto, sangat penting untuk pelestarian tari tradisional. Ia percaya kegiatan budaya yang diawali dari hati bisa menanamkan rasa toleransi, rasa menghormati, rasa peduli dengan tubuh dan kesenian.

"Belantara Budaya adalah salah satu contoh di mana sebuah kelompok ini bisa menaungi dan menyebarkan kesenian secara gratis, padahal berbayar saja sangat susah sekali tapi Belantara Budaya ini mampu," ujar Rianto kepada Validnews, Jumat (9/5).

Meski yang diajarkan masih dalam tahap dasar, tapi semangat Belantara Budaya Indonesia ini perlu mendapat perhatian pemerintah di semua daerah. Minimal, pemerintah mau turun tangan memperhatikan kesejahteraan para pengajarnya, sehingga mereka tetap semangat mengajarkan kesenian dan kebudayaan Indonesia.

Pelatihan tari menurutnya perlu diperbanyak. Sebab, sepengamatan dia perkembangan seni tari tradisional di Indonesia masih berjalan lambat. Peminatnya hanya 40%, kalah dibanding peminat seni modern mencapai 60%.

"Sebenarnya agak lumayan masih belum bisa seimbang, harusnya terbalik. Karena di manapun, sebenarnya kebudayaan itu adalah akar dari segala pengembangan ataupun perkembangan zaman ataupun peradaban yang ada di seluruh dunia," paparnya.

Rianto memandang generasi muda saat ini masih beranggapan bahwa seni tradisi itu kuno. Jadi, untuk menggandeng lebih banyak anak muda, ia mendorong inovasi pementasan seni tradisi, dengan tetap menjaga filosofi dan makna yang terkandung dalam seni tradisi. 

Contohnya, dari seni-seni tradisional ini bisa meretas batas modernitas, yaitu dengan bentuk seni wayang ataupun wayang beber, wayang purwa yang bisa dipredentasikan dalam bentuk AI.

Peran pemerintah, baik daerah maupun pusat, menjaga kelestarian tari tradisional juga terbilang mendesak. Dia khawatir tari tradisional akan mengalami kepunahan jika tidak ada upaya pelestarian. 

Rianto mencontohkan kesenian di Banyumas, seperti kesenian daeng, aplang, ujungan, cowongan, dan musik gondolio, yang memerlukan perhatian. Penerusnya sudah tidak ada lagi. 

"Mereka menganggap bahwa kesenian itu masih kuno terus mau melakukannya itu harus melalui persyaratan-persyaratan tertentu yang sebenarnya ini harus bisa diedukasikan," jelas penari dan koreografer Tari Lengger Banyumas ini.

Rianto mengusulkan agar kesenian tradisional wajib dikenalkan sejak dini di sekolah-sekolah. 

"Diwajibkan untuk mereka belajar seni-seni tradisi dan memberikan ataupun membedah seni tradisi itu. Contohnya saja kita sudah banyak kehilangan berbagai macam permainan tradisional ataupun kesenian-kesenian tradisional yang mungkin mereka tidak mau untuk meneruskan," cetusnya.

Dia juga berharap ada peraturan, minimal setingkat perda, yang memudahkan para seniman membuat program kolaborasi dengan para guru-guru kesenian yang ada di wilayah Nusantara.

"Karena seni itu akan memberikan ruang-ruang kegiatan baru di desa, misalkan wadah workshop dengan keterampilan, workshop dengan tari, workshop dengan pembuatan-pembuatan kuliner ataupun dan lain sebagainya. Ini sebagai daya untuk kreativitas tubuh kita supaya lebih aktif lagi," tutur Rianto.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar