c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

08 Mei 2025

17:38 WIB

Menteri Mu'ti Ungkap Kendala Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif diterapkan sejak 1998, dan sudah ada lebih dari 40 ribu sekolah yang menerapkan namunmasih ada kendala. 

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Menteri Mu&#39;ti Ungkap Kendala Pendidikan Inklusif</p>
<p>Menteri Mu&#39;ti Ungkap Kendala Pendidikan Inklusif</p>

Ilustrasi kelas yang menyelenggarakan pendidikan inklusif. kominfo.jatimprov.go.id.

DENPASAR - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyebutkan ada dua kendala pendidikan inklusif di Indonesia.

Menteri Mu'ti di Denpasar, Kamis (8/5) menyatakan, dua kendala karena belum siapnya elemen satuan pendidikan yang ramah terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.

"Yang pertama, memang belum seluruh satuan pendidikan itu siap, karena memang membutuhkan pendidik yang lebih, sehingga nanti ada konsekuensi penambahan biaya pembelajaran," papar Mendikdasmen dikutip dari Antara.

Dia melanjutkan, untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif dibutuhkan guru yang memahami anak yang berkebutuhan khusus.

Kendala kedua yang dikatakan Mu'ti, yakni kendala kultural di mana belum semua orang tua siap jika anak-anaknya belajar dengan anak yang penyandang disabilitas.

Karena itu, edukasi kepada masyarakat menjadi langkah penting dan strategis untuk membangun iklim pendidikan yang inklusif.

"Edukasi kepada masyarakat bahwa pendidikan inklusif itu bagian dari kita membangun masyarakat yang memiliki keberterimaan terhadap penyandang disabilitas dan juga bagian dari kita untuk membangun rasa percaya diri untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus," ungkap Mu’ti.

Dia meyakini ketika dua masalah tersebut diatasi, pendidikan yang inklusif bisa terwujud.

Salah satu cara mendukung program pendidikan inklusif, yakni kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, sehingga kendala kultural yang menjadi kendala dalam penerapan pendidikan inklusif dapat teratasi.

Baca juga: Pemerintah Berupaya Bangun Pendidikan Inklusif

Mengutip data Kemendikdasmen, hingga kini ada lebih dari 40 ribu sekolah inklusi. Dahulu, sekolah luar biasa (SLB) menjadi satu-satunya pilihan layanan pendidikan bagi para anak berkebutuhan khusus (ABK). Sekolah inklusi mulai diperkenalkan di Indonesia sejak 1998. 

Meskipun sama-sama menjadi layanan pendidikan yang bisa dipilih oleh para orang tua dengan anak disabilitas, kedua sekolah ini sebenarnya memiliki perbedaan. Apa saja perbedaanya? Berikut perbedaan antara sekolah inklusi dan SLB yang dirangkum dari berbagai sumber. 

Pertama, pendidikan inklusi pada dasarnya adalah pendidikan yang mengakomodasi anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, atau kondisi lainnya. Dengan demikian, sekolah inklusi tidak hanya mengakomodasi ABK saja. Sementara itu, SLB adalah lembaga pendidikan yang memang diperuntukkan bagi ABK agar mereka bisa mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Lalu, murid yang diterima di SLB merupakan ABK. Artinya SLB hanya menerima anak disabilitas saja, sementara sekolah inklusi menerima murid tanpa memandang mereka latar belakang si anak, apakah ia berkebutuhan khusus atau anak-anak pada umumnya.

Kemudian, di sekolah inklusi, ABK dan anak pada umumnya akan belajar bersama dalam ruangan yang sama. Sementara pada SLB, kelas-kelas di sekolah ini biasanya diisi dengan anak-anak dengan kekhususan yang sama. 

Guru pada sekolah inklusi umumnya merupakan guru reguler yang diberi pelatihan inklusi. Selain itu, ada juga guru pembimbing khusus yang bertugas untuk mendampingi siswa ABK. Guru-guru di SLB merupakan guru-guru khusus yang memang memiliki kualifikasi untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka biasanya Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB).

Sekolah inklusi umumnya menggunakan kurikulum nasional, dengan memuat adanya penyesuaian dengan kebutuhan ABK. Sementara pada SLB, kurikulum yang digunakan di sekolah adalah kurikulum yang memang dirancang khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus agar mereka dapat mengembangkan potensi dengan maksimal dan bertumbuh kembang dengan optimal.

Sekolah inklusi menekankan pada kolaborasi dan rasa saling menghormati antar semua murid. Sementara pada SLB, penekanan dilakukan pada pembelajaran individual dan dukungan untuk membantu ABK mencapai potensi penuh mereka.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar