c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

12 Februari 2024

10:36 WIB

Menkes Bentuk TB Army Tekan Tuberkulosis

Populasi berisiko tinggi tuberkolosis di Indonesia mencapai 2,2 juta.

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Leo Wisnu Susapto

Menkes Bentuk TB Army Tekan Tuberkulosis
Menkes Bentuk TB Army Tekan Tuberkulosis
Petugas kesehatan menunjukkan hasil rongtsen toraks paru untuk deteksi tuberkulosis (TBC) di UPT Pukesmas Belawan, Medan, Sumatra Utara, Jumat (1/12/2023). Antara Foto/Yudi.

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, Indonesia melakukan berbagai upaya untuk memberantas tuberkulosis (TB). Salah satu yang dilakukan adalah berkolaborasi dengan masyarakat dan kader kesehatan untuk menyaring 2,2 juta populasi berisiko tinggi TB.

“Kami melibatkan masyarakat untuk membentuk TB Army, sebuah komunitas terlatih bagi para penyintas TB yang membantu mendeteksi dan mengawasi pasien TB MDR (multidrug-resistant tuberculosis),” ujar dia saat menghadiri Stop TB Partnership Board Meeting ke-37 di Brasilia, Brazil, seperti dalam keterangan tertulis, Minggu (11/2).

Dia melanjutkan, TB MDR merupakan jenis tuberkulosis yang kebal terhadap dua obat antituberkulosis paling kuat. Artinya, dua obat itu tidak mempan membunuh bakteri TB dalam tubuh penderita.

Adapun TB Army dibentuk pertama kali pada pertengahan Agustus tahun lalu. Pembentukan TB Army dilakukan dalam tiga angkatan di Surabaya, Medan, dan Jakarta.

Tak hanya itu, lanjutnya, upaya eliminasi TB dilakukan dengan memproduksi lima alat deteksi TB berbasis PCR yang bisa digunakan oleh seribu laboratorium PCR di berbagai daerah. Ini disebutnya sebagai inovasi dalam diagnosis TB.

“Kami juga mempercepat penerapan pengobatan presisi dengan mendirikan Inisiatif Ilmu Biomedis dan Genom (Biomedical & Genome Science Initiative/BGSi), yang mencakup pengurutan genom pada MDR sampel TB untuk meningkatkan surveilans,” papar dia.

BGSi, terang dia, adalah inisiatif nasional untuk mendorong pemanfaatan data genomik atau informasi genetik guna mencegah dan mengobati penyakit secara akurat. 

Dia menambahkan, Indonesia merupakan salah satu negara pertama di Asia yang meluncurkan pengobatan bedaquiline, pretomanid, linezolid, dan moksifloksasin (BPaL dan BPaLM). Ini merupakan pengobatan regimen oral jangka pendek untuk tuberkulosis resisten obat (TBC RO). Dengan regimen ini, pengobatan jangka pendek pasien TB RO yang sebelumnya berdurasi 9-11 bulan bisa dipersingkat menjadi enam bulan.

Selain itu, Indonesia disebutnya mendukung penelitian operasional mengenai potensi regimen pengobatan yang lebih singkat untuk Tuberkulosis Sensitif Obat (TB SO). Berbeda dengan TB RO yang perlu pengobatan lebih kompleks, TB SO bisa diobati dengan pengobatan standar. Namun, pengobatannya memakan waktu sekitar 6-9 bulan.

Dia menyebutkan komitmen Indonesia dalam eliminasi TB juga ditunjukkan di tingkat global dengan memprakarsai Aliansi Negara-Negara untuk Memerangi Tuberkulosis bersama Nigeria, Filipina, dan Polandia.

“Saya percaya bahwa dengan menyatukan kekuatan, kita bisa menang melawan tuberkulosis," tutup dia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar