07 Juni 2025
12:48 WIB
Mendikti Tegaskan Indonesia Perkuat Pendidikan Vokasi
Penegasan Mendikti, Indonesia perkuat pendidikan vokasi diserukan Mendikti Brian Yuliarto dalam forum pertemuan ke-12 BRICS di Brasil.
Ilustrasi uji kemampuan siswa yang mengiuti pendidikan vokasi. Antara Foto/Reno Esnir .
JAKARTA - Pemerintah Indonesia menegaskan komitmen penguatan pendidikan dan pelatihan teknis serta kejuruan (Technical and Vocational Education and Training/TVET) sebagai kunci menuju pendidikan inklusif dan adil.
Penegasan itu disampaikan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti) Brian Yuliarto dalam forum ke-12 BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan South Africa) di Brasil.
"Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia melalui TVET," ungkap Mendikti dikutip dari Antara di Jakarta, Sabtu (7/6).
Mendikti menekankan, TVET berperan penting dalam membekali individu dengan keterampilan praktis yang siap kerja, menjembatani kesenjangan keterampilan, dan meningkatkan kemampuan kerja.
Baca juga: Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Mesti Disatukan
Sejak 2016, urai Menteri Brian, Indonesia telah memprioritaskan perluasan akses ke TVET melalui revitalisasi sekolah kejuruan. Saat ini, lebih dari 14.000 sekolah kejuruan menengah beroperasi di seluruh Indonesia, melayani lebih dari 4,9 juta siswa, termasuk peningkatan inklusivitas bagi siswa berkebutuhan khusus.
Untuk mendukung siswa dari keluarga miskin, pemerintah juga menyediakan beasiswa melalui Program Indonesia Pintar (PIP).
Dalam bidang pendidikan tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) meluncurkan Program Diktisaintek Berdampak, yang bertujuan menjadikan politeknik sebagai pusat pendidikan terapan dan inovasi.
"Kami memperluas program diploma dan gelar terapan, serta memperkuat kemitraan industri-akademisi untuk memastikan lulusan kami dibekali dengan keterampilan abad ke-21," urai Brian.
Ia juga menekankan dukungan Indonesia terhadap penggabungan transformasi digital dan kompetensi ekonomi hijau ke dalam sistem TVET.
Sebagai peserta baru dalam kerja sama BRICS, Indonesia berkomitmen untuk terlibat secara aktif dan saling belajar.
"Kami ingin berkontribusi pada tujuan kerja sama BRICS dan meminta bimbingan serta kerja sama ke depan," ungkap Mendikti.
Dalam kesempatan tersebut, telah disepakati juga dokumen TVET Cooperation Alliance (TCA) Charter sebagai panduan kerja sama TVET, dan Indonesia resmi mengakses nota kesepahaman BRICS Network University (NU), memungkinkan usulan 22 universitas untuk bergabung dalam berbagai kelompok tematik.
Pertemuan ini menjadi momentum penting bagi negara-negara anggota BRICS untuk berbagi praktik terbaik dan mendorong inisiatif bersama dalam pelatihan kejuruan, pengembangan keterampilan, dan pengembangan ekosistem pendidikan tinggi yang siap terhadap tantangan global, demi menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.