27 Mei 2025
17:48 WIB
Menag Harap Penetapan Iduladha Serentak Seperti Idulfitri
Menag Nasaruddin Umar berharap penetapan awal Dzulhijah dan IdulAdha 1446 Hijriah/2025 Masehi berlangsung serentak di seluruh Indonesia, sebagaimana terjadi pada awal Ramadan dan Idulfitri tahun ini
Editor: Nofanolo Zagoto
Petugas membagikan daging hewan kurban kepada masyarakat di Masjid Al-Jihad, Medan, Sumatera Utara, Senin (17/6/2024). AntaraFoto/Fransisco Carolio
JAKARTA - Menteri Agama Nasaruddin Umar berharap penetapan awal Dzulhijah dan IdulAdha 1446 Hijriah/2025 Masehi dapat berlangsung secara serentak di seluruh Indonesia, sebagaimana yang terjadi pada awal Ramadan dan Idulfitri tahun ini.
"Kita berharap seperti bulan Ramadan kemarin, awal (bulan)-nya bersatu, kemudian akhirnya juga Lebaran bareng," ujar Menag Nasaruddin Umar di Jakarta, seperti dilansir Antara, Selasa (27/5).
Menag menjelaskan, secara hisab, posisi hilal sudah memungkinkan untuk terlihat di sejumlah wilayah Indonesia. Posisi hilal sudah berada di atas 3 derajat, artinya telah memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Dengan demikian, 1 Dzulhijah 1446 Hijriah kemungkinan besar jatuh pada hari Rabu 28 Mei 2025. Sementara IdulAdha (10 Zulhijah 1446 H) jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025.
Potensi berbarengan ini merujuk pada Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menetapkan 1 Dzulhijah 1446 Hijriah pada hari Rabu 28 Mei 2025 dan IdulAdha (10 Zulhijah 1446 H) jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025.
"Dengan demikian sudah dimungkinkan untuk kita lihat bulannya. Terutama di kawasan Sumatera ujung yang di Aceh," kata Menag.
Pemantauan hilal untuk menentukan awal Dzulhijah dilakukan di 114 titik di seluruh Indonesia pada Selasa, 27 Mei 2025, yang bertepatan dengan 29 Zulkaidah 1446 H. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian sidang isbat yang digelar oleh Kemenag, dimulai pukul 16.00 WIB.
Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Arsad Hidayat menjelaskan, posisi hilal saat matahari terbenam sudah berada di atas ufuk, dengan ketinggian antara 0° 44,15’ hingga 3° 12,29’. Sudut elongasi hilal juga berada dalam rentang 5° 50,64’ hingga 7° 6,27’.
"Kondisi tersebut telah memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), yang menjadi acuan utama dalam penetapan awal bulan Hijriah di kawasan Asia Tenggara," ujar Arsad.
Setelah Shalat Magrib, sidang isbat dilakukan secara tertutup dengan menerima laporan hasil rukyatulhilal dari berbagai daerah. Hasil tersebut, bersama data hisab, akan menjadi dasar penetapan awal Dzulhijah dan Hari Raya IdulAdha 1446 H.
Sidang isbat turut dihadiri berbagai pihak, termasuk perwakilan ormas Islam, pakar astronomi, duta besar negara sahabat, Komisi VIII DPR RI, MUI, BMKG, BIG, BRIN, Observatorium Bosscha ITB, dan Planetarium Jakarta.
Keputusan hasil sidang akan diumumkan kepada publik melalui siaran langsung di media nasional.