07 November 2024
16:19 WIB
Masyarakat Mesti Lakukan Amdal Sebelum Memulai Pekerjaan
Amdal merupakan satu dari sekian hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk menjaga keseimbangan alam.
Editor: Leo Wisnu Susapto
DLH Natuna Kepri saat menanam terumbu karang. ANTARA/HO-Pemkab Natuna.
NATUNA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna Kepulauan Riau mengingatkan masyarakat, agar melakukan analisis dampak lingkungan (amdal) dengan baik dan benar sebelum memulai pekerjaan.
“Itu satu hal untuk untuk menjaga keseimbangan alam di Kabupaten Natuna,” urai Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Natuna, Harmidi, dikutip dari Antara di Natuna, Kamis (7/11).
Harmidi melanjutkan, menjaga keseimbangan alam bisa dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam sesuai kebutuhan. Kemudian, menjaga habitat makhluk hidup, atau memilih produk ramah lingkungan dan hal lainnya.
Dia memaparkan, DLH Natuna telah mencoba melakukan hal-hal demikian, seperti menanam pohon produksi, menanam terumbu karang, dan hal lainnya.
"Kita galakkan menanam tumbuhan produksi yang dikonsumsi oleh hewan," lanjut dia.
Harmidi menjelaskan, saat ini sebagian habitat hewan di Natuna bermasalah. Kondisi, demikian membuat hewan terpaksa keluar dari habitatnya untuk mencari makan.
Ia mengingatkan masyarakat untuk tidak memberikan makanan secara sembarangan kepada hewan. Sebab, hal demikian bisa mengganggu kesehatan, dan menghilangkan sifat hewan sebagai makhluk mandiri.
"Kita lihat di Pering, Kecamatan Bunguran Timur, banyak monyet di pinggir jalan, jika kita kaji lebih dalam pasti ada masalah dengan habitatnya, makanya mereka keluar," urai Harmidi.
Ia menerangkan, sejumlah makhluk hidup di Natuna mulai berkurang, bahkan ada yang terancam hilang. Hal ini bukan hanya semata karena habitat mereka yang rusak melainkan adanya pemburuan besar-besaran di masa lalu.
"Seperti kupu-kupu, labi-labi, sudah mulai berkurang, saat ini Kekah yang merupakan hewan yang hanya ada di Natuna juga demikian, sekarang diperkirakan jumlahnya tidak lagi mencapai 500.000," papar dia.
Harmidi menjelaskan, Kekah merupakan hewan yang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, oleh karena itu habitat mereka harus dijaga.
"Kita pernah memindahkan Kekah dari satu tempat ke tempat yang lain, Kekah yang baru dipindah stres, tidak mau bergabung dan Kekah lainnya juga tidak mau mendekati," sambung dia.
Hal terbaru yang membuktikan habitat makhluk hidup di Natuna bermasalah yakni, adanya insiden warga yang diterkam oleh buaya di pemukiman, masuknya ular piton ke pemukiman hingga ke dalam rumah.
"Bisa jadi makanan mereka sudah habis, jadi mereka berupaya untuk mencari di tempat lain," kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkar) Kabupaten Natuna, Syawal.