06 November 2024
21:00 WIB
Ma'ruf Amin Singgung Hilangnya Kesadaran Politik Para Kiai
Wakil Presiden ke-13 Ma’ruf Amin mengamati gerakan politik kiai telah melemah, karena menganggap urusan politik bukanlah urusan mereka
Editor: Nofanolo Zagoto
Wakil Presiden ke-13 Ma’ruf Amin sebagai penceramah dalam peluncuran buku infografis “Kiaiku Pahlawanku” disusun oleh cendekiawan muslim Profesor Mufti Ali di Keraton Surosowan di Serang, Rabu (6/11/2024). (ANTARA/Devi Nindy)
SERANG - Wakil Presiden ke-13 Ma’ruf Amin menyinggung hilangnya kesadaran politik pada kiai yang menyebabkan sentralitas peran mereka menurun.
Hal itu disampaikannya dalam peluncuran buku infografis “Kiaiku Pahlawanku”, yang disusun oleh cendekiawan muslim Profesor Mufti Ali di Keraton Surosowan, Serang, Rabu (6/11).
“Saya melihatnya bahwa kenapa sentralitas kiai itu menjadi menurun? Karena kesadaran politik kiai sudah hilang,” ujar Ma’ruf Amin, seperti dilansir Antara.
Ia mengatakan, gerakan politik kiai melemah, karena kiai menganggap urusan politik bukanlah urusan mereka. Padahal segala keputusan penting, mulai dari aturan hingga pemilihan pemimpin di masyarakat, diputuskan dengan keputusan politik.
“Telah hilanglah kesadaran politik dari kebanyakan ulama akibatnya gerakan politik yang melemah, melemah bahkan juga mati,” ujar dia.
Hal ini sangat disayangkannya. Karena sudah tidak lagi ikut memikirkan dan ikut tidak mengarahkan dalam keputusan strategis, kiai akhirnya tidak menjadi arah dan pedoman dalam pengambilan kebijakan baik dalam soal politik, dan pembangunan ekonomi.
Ma’ruf Amin mengatakan, kiai kini bukan pahlawan lagi, perannya berada di pinggiran-pinggiran masyarakat. “Ini saya kira sekali lagi di judul ini (Kiaiku Pahlawanku) kritik pedas buat para kiai bagaimana bisa menjadi pahlawan, yang peran sentralnya sudah hilang dari para kiai,” ujar dia.
Dalam acara peluncuran buku tersebut Ma’ruf Amin hadir sebagai penceramah. Acara peluncuran buku tersebut diinisiasi Korem 064/Maulana Yusuf.
Buku Kiaiku Pahlawanku merupakan buah dari hasil riset penuh Profesor Mufti Ali selama lebih dari dua tahun, dan riset-riset paruh waktu selama 20 tahun.
Komandan Korem 064/Maulana Yusuf, Brigjen TNI Fierman Sjafirial Agustus mengatakan, Banten sudah pernah memiliki masa keemasan di abad ke-16. Sejarah ini diangkat lewat buku agar masyarakat Banten memahami bagaimana perjuangan nenek moyang yang sudah dirintis oleh para Kiai pada saat itu.
“Bimbingan dari para Kiai, petua-petua dari Kiai yang sama dengan abad ke-16 sangat dibutuhkan untuk membangun Banten menuju ke Indonesia Emas 2045,” kata Fierman.
Penjabat Gubernur Banten, Al Muktabar mengatakan, kiai harus menjadi seperti dulu yang telah diperankan, dan menjadi tokoh sentral kembali di masyarakat.
“Tadi beliau mengatakan bahwa kiai ke depan itu juga harus menjadi tokoh sentral jadi kembali seperti masa lalunya, karena memang hampir semua tatanan kehidupan itu bertanya pada kiai,” ujar dia.