c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

14 Agustus 2025

14:19 WIB

Malaria Banyak Menjangkiti Populasi Yang Berpindah-pindah

Peneliti menemukan malaria banyak menjangkiti masyarakat adat dan masyarakat yang beraktivitas di hutan, seperti penebang kayu dan penambang

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Nofanolo Zagoto

<p>Malaria Banyak Menjangkiti Populasi Yang Berpindah-pindah</p>
<p>Malaria Banyak Menjangkiti Populasi Yang Berpindah-pindah</p>

Ilustrasi pencegahan malaria. Shutterstock/dok

JAKARTA - Peneliti Oxford University Clinical Research Unit (OUCRU) Indonesia, Henry Surendra mengatakan, kasus malaria mulai banyak ditemukan pada populasi yang sulit dijangkau. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam surveilans dan percepatan eliminasi malaria.

"Kasus-kasus malaria makin banyak pada populasi yang sulit dijangkau, contohnya adalah populasi indigenous atau populasi khusus yang berpindah-pindah seperti pekerja hutan, penambang, dan sebagainya," ujar Henry dalam webinar yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jumat (14/8).

Dia melanjutkan, berdasarkan penelitiannya yang terbit pada Desember 2024, di Kalimantan Timur kasus malaria juga mulai banyak ditemukan pada orang-orang yang beraktivitas di hutan pada malam hari. Misalnya, penebang pohon dan pekerja yang merehabilitasi daerah aliran sungai.

Selain itu, malaria banyak menjangkiti masyarakat yang bekerja secara berpindah-pindah seperti pekerja migran. Hal ini menimbulkan kasus impor malaria dari daerah lain.

Di samping itu, surveilans malaria masih menemui sejumlah kendala lainnya. Di antaranya, minimnya pengetahuan tenaga medis, kebiasaan masyarakat yang jarang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, hingga terbatasnya sumber daya baik dari segi SDM, teknologi, maupun dana.

Untuk mengatasi hal itu, Henry berkata lembaganya sedang mengembangkan konsep surveilans terintegrasi yang menyasar lebih dari satu penyakit. Dengan model ini, tenaga medis hanya perlu melakukan satu kali surveilans untuk mendapatkan data berbagai penyakit. Misalnya, malaria, demam berdarah, chikungunya, dan lainnya.

Selain itu, Henry berencana melakukan studi berupa penerapan GPS tracking pada kelompok masyarakat yang berisiko tinggi malaria dan sering berpindah tempat. Misalnya, penebang kayu di hutan, penambang, dan sebagainya. Mengingat mobilitas berkaitan erat dengan munculnya berbagai penyakit, salah satunya malaria.

Melalui studi itu, dia akan memonitor pergerakan populasi berisiko tinggi malaria, berapa lama mereka bergerak, hingga kapan mereka berada di suatu lokasi. Data itu lantas akan dihubungkan dengan data karakteristik lingkungan dan data kasus malaria.

"Harapannya, kita bisa mempunyai sebuah informasi yang lebih komprehensif dari apa yang biasanya kita koleksi di dalam program surveilans rutin," tutup Henry.

KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar