14 November 2025
20:01 WIB
Longsor Cilacap, BNPB: 28 Keluarga Akan Direlokasi
Sebanyak 20 orang, hingga Jumat (14/11), masih dinyatakan hilang dan diduga tertimbun longsor di Kabupaten Cilacap, Jawa Barat
Editor: Nofanolo Zagoto
Seorang warga melihat lokasi terdampak tanah longsor hingga menimbun rumah warga di Desa Cibeunying, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (14/11/2025). ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/YU
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan relokasi segera dilakukan untuk 28 keluarga yang menempati rumah di kawasan rawan longsor di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Relokasi dilakukan setelah operasi penanganan darurat bencana selesai sepenuhnya.
Kepala BNPB Suharyanto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (14/11) mengatakan, langkah relokasi diperlukan mengingat kondisi kontur wilayah yang masih labil dan berpotensi menimbulkan longsor susulan.
“Pemerintah daerah telah menyiapkan lokasi relokasinya,” kata Suhariyanto.
BNPB mengkonfirmasi hingga saat ini operasi pencarian dan pertolongan masih berlangsung.
Curah hujan yang deras dan berdurasi panjang membuat struktur tanah wilayah perbukitan di Majenang itu menjadi labil, hingga menimbun permukiman warga di sekitarnya.
Sebagaimana laporan sementara dari posko operasi di Cilacap, kata dia, sebanyak 20 orang masih dinyatakan hilang dan diduga tertimbun material longsoran di Dusun Cibaduyut, Cibeunying dan Tarukahan. Sementara tiga orang telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Sekitar 200 personel gabungan dikerahkan, terdiri dari Basarnas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Tagana, PMI, TNI, Polri, relawan, dan masyarakat sekitar terlibat dalam operasi pencarian itu.
“Kami juga mendatangkan alat berat, pompa alkon, dan memastikan kebutuhan dasar warga di sekitar lokasi terpenuhi,” kata Suharyanto.
BNPB juga mengimbau masyarakat agar mengosongkan area longsor dari segala jenis aktivitas sementara waktu demi keselamatan bersama.
Ia menegaskan bahwa relokasi menjadi langkah penting untuk memastikan keselamatan jangka panjang warga yang tinggal di daerah berisiko, sekaligus mengurangi potensi bencana serupa pada masa mendatang.