c

Selamat

Jumat, 29 Maret 2024

NASIONAL

07 Oktober 2022

10:47 WIB

Komunikasi Efektif Cegah Anak Alami Kekerasan

Komunikasi efektif di keluarga salah satunya adalah menempatkan orang tua sebagai pendengar suara anak.

Penulis: Oktarina Paramitha Sandy

Editor: Leo Wisnu Susapto

Komunikasi Efektif Cegah Anak Alami Kekerasan
Komunikasi Efektif Cegah Anak Alami Kekerasan
Ilustrasi komunikasi efektif orang tua dengan anak. Shutterstock/fizkes

JAKARTA - Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Nahar mengingatkan, keluarga mesti membangun komunikasi efektif untuk mencegah sejumlah fenomena yang menjadikan anak alami kekerasan. Seperti, anak menjadi korban kekerasan seksual dan kejahatan, hingga mengantisipasi terjadi pernikahan dini pada anak.

“Komunikasi yang baik adalah kunci dalam membangun hubungan harmonis, begitupun hubungan orang tua dan anak, dengan komunikasi efektif, anak merasa didengarkan dan dipahami sehingga dapat menumbuhkan penilaian positif terhadap anak,” urai Nahar dalam keterangan pers yang diterima, Jumat (7/10).

Menurut dia, saat komunikasi efektif terbentuk antara orang tua dan anak, anak akan lebih terbuka. Dengan demikian, orang tua dapat lebih dini untuk mengetahui apakah anak mereka mengalami perundungan, kekerasan, atau potensi pada lawan jenis yang belum waktunya. 

Komunikasi efektif menurut dia memudahkan orang tua mencegah anak dari bahaya yang mengintai. Seperti kekerasan atau kejahatan lainnya.

“Banyak cara untuk bangun komunikasi efektif, seperti meluangkan waktu mengobrol dengan anak, menjadi pendengar yang baik, menghargai dan memberikan apresiasi setiap pendapat anak, memberikan alasan yang jelas, dan melakukan aktivitas positif bersama,” jelas Nahar.

Dalam kesempatan itu, Nahar juga menyampaikan keprihatinannya atas fenomena orang dewasa menjalin hubungan dengan anak di bawah umur. 

Menurut dia, hal tersebut dapat memberikan dampak buruk, anak menjadi rentan untuk mengalami kekerasan dan tindakan melanggar hukum lainnya

Apalagi, lanjut dia, selama ini sudah banyak kasus kekerasan seksual yang terjadi. Orang dewasa dengan rentang usia yang berbeda jauh mencoba mendekati anak, serta tidak sedikit juga yang melakukan bujuk rayu untuk segera dinikahi.

“Padahal anak-anak secara kognitif belum benar-benar memahami konteks hubungan romantis dengan lawan jenis, dan belum dapat dikatakan secara sadar memberikan consent (persetujuan) untuk dapat melakukan kegiatan seksual,” urai Nahar.

Untuk itu, dia mendorong agar orang tua untuk mengambil tindakan tegas jika hubungan anak dengan orang lain menimbulkan dampak buruk. 

Dia juga meminta agar orang tua selalu mengawasi dan memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa mereka rawan kena tipu muslihat dan bujuk rayu. 

“Penting juga untuk orang tua tidak menikahkan anak mereka sebelum usia siap menikah menurut undang-undang dengan alasan apapun,” sambung Nahar.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentar Login atau Daftar





TERPOPULER