30 September 2024
08:47 WIB
2014-2024, KLHK Sebut Kebakaran Hutan Dan Deforestasi Turun
Kebakaran hutan meki terulang, namun cakupannya terus menurun.
Editor: Leo Wisnu Susapto
Ilustrasi kebakaran hutan. Antara Foto/Wahdi Septiawan.
JAKARTA – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menyebutkan kebakaran hutan dan deforestasi menurun drastis selama kurang lebih 10 tahun ke belakang.
“Cakupan wilayah kebakaran hutan seluas 2,6 juta hektare (ha) dengan kabut asap lintas batas yang bertahan selama sekitar dua bulan, itu terjadi pada tahun 2015, dan pada tahun 2022, kita hanya mengalami kebakaran hutan seluas 200.000 ha,” ujar Menteri Siti dalam acara bersepeda bersama para duta besar di Gedung KLHK, Jakarta, Minggu (29/9).
Dia menegaskan, kebakaran di sabana atau padang rumput, meski akan muncul kembali secara alami setelah dipadamkan. Akan tetapi, saat ini penanganannya sudah cukup cepat dan berhasil dipadamkan dalam waktu singkat.
“Jika savana terbakar, maka dalam waktu singkat sebetulnya akan muncul kembali secara alami, sehingga kita atasi dengan pencegahan terpadu seperti pemantauan titik api tepat waktu, modifikasi cuaca, patroli dan partisipasi masyarakat, dan tentu saja penegakan hukum,” sambung Menteri Siti dikutip dari Antara.
Dia juga menyebutkan, deforestasi di Indonesia menurun secara signifikan.
“Pada tahun 2014-2015, kita memang mengalami deforestasi seluas 1,09 juta ha, namun di tahun 2023, hanya sekitar 100.000 ha,” ucap dia.
Selain itu, dia juga menyebutkan penurunan jumlah sampah plastik melalui pengelolaan ekonomi sirkular.
“Jumlah sampah plastik laut turun signifikan dari 438.000 ton pada 2018 menjadi 339.000 ton pada 2023. Kami berusaha semaksimal mungkin mengatasi sampah plastik di laut. Jadi kami juga berusaha mengelolanya dengan ekonomi sirkular,” papar dia.
Siti juga mengemukakan pendapatan masyarakat berhasil meningkat hingga Rp2,3 juta berkat pemberdayaan di bidang perhutanan sosial.
“Perhutanan sosial kini telah mencakup 8,018 juta ha untuk akses sekitar 1,4 juta rumah tangga terhadap hutan. Artinya, kita meningkatkan akses masyarakat terhadap hutan sebesar delapan juta ha dari 400.000 ha di Tahun 2015.
“Kekayaan masyarakat pun meningkat berkat perhutanan sosial, sekitar Rp2,3 juta per bulan per rumah tangga,” tutur Siti.