22 September 2025
21:00 WIB
KLH Ajak Tokoh Agama Edukasi Perubahan Iklim Ke Masyarakat
Survei Purpose Climat Lan dan Yougov terhadap 3 ribu umat muslim di RI pada September 2024 menunjukkan, ulama menjadi pihak yang paling didengar umat muslim ketika berbicara soal perubahan iklim
Penulis: Aldiansyah Nurrahman
Editor: Nofanolo Zagoto
Sejumlah peserta membawa poster saat aksi pawai Global Climate Strike dari Taman Menteng sampai Tugu Proklamasi, Jakarta, Minggu (17/9/2023). Validnews/Fikhri Fathoni
JAKARTA - Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono mengatakan, pemuka agama menjadi orang yang paling didengar masyarakat. Untuk itu, pemuka agama diharapkan membantu mengedukasi masyarakat mengenai perubahan iklim.
“Kita butuh menyelamatkan bumi dan yang kita butuhkan adalah tokoh agama yang bisa memberikan jalan yang baik bagi kehidupan kita semua,” katanya dalam acara Dialog Bersama Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat, di Jakarta, Senin (22/9).
Diaz mengatakan, hasil survei Purpose Climat Lan dan Yougov terhadap 3 ribu umat muslim di Indonesia pada September 2024 menunjukkan ulama menjadi pihak yang paling didengar umat muslim ketika berbicara mengenai perubahan iklim.
Pihak yang didengar selanjutnya adalah aktivis lingkungan. Disusul kemudian presiden atau menteri.
“Selanjutnya, ilmuwan, influencer, youtuber, jurnalis, musisi, dan pelawak. Paling tinggi ulama,” katanya.
Untuk itu, ia berharap ada peran tokoh agama untuk mengedukasi seputar perubahan iklim. Terlebih dalam kitab-kitab semua agama diajarkan pesan-pesan yang baik terkait lingkungan.
Diaz mengingatkan perubahan iklim nyata dampaknya. Hal ini terasa dari udara yang semakin lama semakin panas.
Dia menyampaikan, pada 2024 menjadi suhu terpanas yang pernah ada di belahan dunia. Tercatat di Kuwait suhunya mencapai 51 derajat celcius.
Sementara di Indonesia pada 27 Oktober 2024 di wilayah Nusa Tenggara Timur suhunya 38,4 derajat celcius, Surabaya 37,8 derajat celcius, dan Majalengka 37,4 derajat celcius.
Berdasarkan penjelasan Climate Central, kata Diaz, panasnya suhu-suhu di kota-kota di Indonesia disebabkan aktivitas manusia, bukan dari fenomena alam seperti El Nino.
Perubahan iklim sendiri salah satunya disebabkan oleh sampah. Saat ini masalah sampah belum bisa terselesaikan di Indonesia.
Namun, Diaz menyampaikan, berdua Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sampah terkelola sudah sampai 50% pada 2025 dan 100% pada 2029. Maka dari itu, diharapkan peran tokoh agama untuk turut membantu mengedukasi agar masalah ini bisa selesai.