28 Juli 2025
21:00 WIB
Keracunan MBG Masih Terjadi, DPR Desak BGN Evaluasi Berkala
Aparat penegak hukum diminta untuk mengusut tuntas dugaan kelalaian penyedia makanan MBG yang mengakibatkan 217 siswa di Nusa Tenggara Timur keracunan
Penulis: Gisesya Ranggawari
Editor: Nofanolo Zagoto
Wali Kota Kupang Christian Widodo saat mengunjungi secara langsung pelajar SMPN 8 Kupang yang dirawat di rumah sakit diduga akibat mengonsumsi MBG. ANTARA/HO-Pemkot Kupang
JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, meminta Badan Gizi Nasional (BGN) untuk terus mengevaluasi secara berkala dan meningkatkan kualitas serta distribusi makanan untuk program Program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Hal itu disampaikan Dasco merespons adanya insiden 217 siswa di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mengalami keracunan massal setelah menyantap menu MBG.
"Kami minta BGN mempunyai sistem baru dalam hal supervisi. Harus ada ritme tenaga-tenaga untuk supervisi lapangan, baik untuk mengecek kualitas makanan, distribusi maupun dari sisi pembayaran dari MBG ke dapur," kata Dasco di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (28/7).
Ia berharap dengan evaluasi dan sistem yang lebih ketat, kejadian keracunan ini tidak terulang lagi. Apalagi, keracunan MBG sudah terjadi dalam setahun pelaksanaan program Prabowo-Gibran tersebut.
"Nah sehingga kita harapkan bahwa kejadian-kejadian yang seperti itu tidak terulang," tegas Politikus Partai Gerindra ini.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nihayatul Wafiroh, meminta aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas dugaan kelalaian penyedia makanan MBG yang mengakibatkan 217 siswa di Nusa Tenggara Timur mengalami keracunan.
Ia menegaskan, kejadian tersebut sangat memprihatinkan dan mencederai misi besar pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Jika dibiarkan, Ninik, sapaan akrabnya, khawatir program baik pemerintah tercoreng karena kelalaian dalam pemilihan dan pengawasan menu makanan.
"Memberikan makanan sembarangan kepada siswa adalah bentuk pengabaian terhadap masa depan generasi bangsa," tutur Ninik.
Sebagai informasi, kasus keracunan siswa usai menyantap MBG di NTT terjadi pada 22 Juli di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 8 Kupang. Kasus kedua terjadi di sejumlah sekolah di Kabupaten Sumba Barat Daya sehari setelahnya.
Peristiwa keracunan pertama terjadi pada pukul 07.30 WITA. Lebih dari 140 siswa mengeluhkan sakit perut, mual, dan sakit kepala usai menyantap menu MBG sehari sebelumnya.
Akibatnya, para siswa dilarikan ke unit gawat darurat tiga rumah sakit di ibu kota provinsi NTT tersebut, yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lerik, RS Siloam, dan RS Mamami.
Kemudian, keracunan di Sumba Barat Daya pada 23 Juli terjadi di tiga sekolah, dengan total siswa dirawat mencapai 77 orang di tiga fasilitas kesehatan yakni RS Karitas, RSUD Reda Bolo, dan Puskesmas Radamata.
Ketiga sekolah adalah SMK Negeri 2 Tambolaka (7 siswa), SMAN 1 Tambolaka (53 siswa), dan SMK Don Bosco (17).