06 November 2025
14:19 WIB
Kenali Tanda Awal Longsor Dan Banjir
Daerah yang berpotensi longsor adalah daerah pegunungan dengan lereng sedang sampai curam, tersusun oleh material tanah atau batuan yang sudah lapuk dan tebal, dan memiliki banyak beban di atas lereng
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Nofanolo Zagoto
Sebuah mobil berhenti di salah satu ujung jalan yang amblas terseret longsor di Desa Nyawangan, Tulungagung, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko.
JAKARTA - Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Wahyu Wilopo, membagikan sejumlah tanda akan terjadinya banjir dan longsor. Tanda-tanda ini perlu diwaspadai masyarakat agar dapat menyiapkan langkah yang tepat.
"Bencana tersebut juga bisa dikenali lebih awal dengan memperhatikan sekitarnya," terang Wahyu dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (6/11).
Dia memaparkan, tanda-tanda longsor dapat dilihat dari retakan tanah dan struktur bangunan, tiang atau pohon yang miring, serta guguran tanah atau batuan di lereng. Sedangkan, tanda-tanda banjir biasanya diawali dengan hujan deras terus-menerus, naiknya permukaan air sungai, dan munculnya genangan air di jalan atau sekitar rumah.
Tak hanya itu, dia menyampaikan daerah tertentu juga lebih rentan mengalami banjir. Ini mencakup daerah yang berada dekat sungai atau saluran air dan daerah dengan ketinggian lebih rendah dari permukaan air laut. Contohnya, Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Medan, dan Palembang.
Sementara itu, daerah yang terancam longsor adalah daerah pegunungan yang mempunyai lereng sedang sampai curam, tersusun oleh material tanah atau batuan yang sudah lapuk dan tebal, serta memiliki banyak beban di atas lereng. Contohnya, daerah pegunungan di pulau Kalimantan dan Sulawesi.
“Pada prinsipnya, daerah yang rentan longsor aman dari banjir dan yang rentan banjir aman dari longsor,” tambah Wahyu.
Dia berpendapat, untuk mengantisipasi banjir dan longsor masyarakat perlu menggalakkan ronda lingkungan, khususnya setelah hujan untuk mengamati tanda-tanda banjir atau longsor di sekitar. Harapannya, masyarakat dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya.
Di samping itu, menghindari banjir dan longsor dapat dilakukan dengan menghindari daerah-daerah rentan banjir dan longsor, baik secara permanen maupun sementara. Selanjutnya, modifikasi cuaca juga merupakan solusi efektif untuk mencegah banjir dan longsor. Hal ini mengingat salah satu penyebab utama banjir dan longsor adalah curah hujan yang sangat tinggi.
"Bencana bukan hanya permasalahan pemerintah, tetapi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menghindari dan meminimalkan dampak kejadian bencana tersebut,” tutup Wahyu.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, Indonesia sedang memasuki periode transisi menuju puncak musim hujan. Periode transisi ini meningkatkan potensi cuaca ekstrem di berbagai daerah, mulai dari hujan lebat, angin kencang, hingga ancaman siklon tropis.
BMKG juga mencatat, sepanjang 26 Oktober hingga 1 November 2025 terdapat 45 kejadian bencana cuaca ekstrem didominasi hujan lebat dan angin kencang yang menyebabkan banjir, tanah longsor, dan kerusakan bangunan di berbagai daerah.
"Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan petir, terutama di wilayah selatan Indonesia," pesan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangan pers yang diterima, Minggu (2/11).