12 September 2024
16:51 WIB
Kemenkominfo Akan Latih 1 Juta Talenta Soal Keamanan Siber
Kemenkominfo menggaet Indosat dan Mastercard sebagai mitra dalam menyelenggarakan pelatihan keamanan siber yang komprehensif. Peserta program ini nantinya akan memperoleh sertifikasi khusus.
Menkominfo Budi Arie Setiadi (tengah) bersama CEO Indosat Ooredoo Vikram Sinha (kiri) dan President Director Mastercard Indonesia Aileen Goh (kanan) meresmikan peluncuran Program Satu Juta Talenta Digital di Jakarta, Kamis (12/9/2024). Antara/M Iqbal
JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) akan memberikan pelatihan seputar keamanan siber, kepada satu juta orang talenta Indonesia. Pelatihan tersebut dilakukan melalui akademi daring yang merupakan Program Penguatan Kapabilitas Keamanan Siber.
Dengan memanfaatkan platform Digital Talent Scholarship (DTS) milik Kemenkominfo, akademi daring ini akan berfokus pada pengembangan pengetahuan dasar dan keterampilan praktis dalam keamanan siber bagi individu dan usaha kecil. Tujuannya, memastikan mereka lebih siap melindungi diri di dunia yang semakin terdigitalisasi.
“Yang paling penting adalah investasi sumber daya manusia, sebab kebutuhan akan talenta yang terampil dalam bidang keamanan siber semakin signifikan,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi pada peluncuran program tersebut di Media Center Kemenkominfo, Jakarta, Kamis (12/9).
Inisiatif ini juga akan mendorong dan mengasah kemampuan keamanan siber Indonesia, baik bagi para profesional yang sudah ada maupun talenta baru. Hal ini diharapkan dapat menambah jumlah spesialis dalam bidang keamanan siber.
Kali ini, Kemenkominfo menggaet Indosat dan Mastercard sebagai mitra dalam menyelenggarakan pelatihan keamanan siber yang komprehensif. Peserta program ini nantinya akan memperoleh sertifikasi jika berhasil melewati pelatihan.
Adapun pelatihan yang tersedia akan mengasah keterampilan penting yang dibutuhkan dalam ekonomi digital saat ini. Seperti cara menginventarisasi perangkat, menguasai pembaruan perangkat lunak dan keamanan daring, melindungi diri dari serangan phishing dan malware, serta mengamankan data bisnis dengan backups.
“Penerima manfaat pelatihan ini tidak hanya berhenti di tingkat dasar, tapi juga mengakses modul dengan level lebih tinggi atau dengan tema-tema yang lebih spesifik,” imbuh Budi.
Meskipun tenaga kerja keamanan siber tumbuh sebesar 12,6% antara tahun 2022 dan 2023, ia menyebut, terdapat kekurangan hampir empat juta profesional keamanan siber di seluruh dunia.
Di sisi lain, jumlah talenta keamanan siber di Asia Pasifik pada tahun 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 11,8% atau lebih dari 960 ribu pekerja. Namun, jumlah talenta di Asia Pasifik secara umum masih mengalami kekurangan sebanyak 2,5 juta orang.
Sementara itu berdasarkan kajian ketersediaan dan kebutuhan talenta digital Indonesia Tahun 2023 sampai 2030, rata-rata kebutuhan talenta digital Indonesia menyentuh angka 458.043 orang per tahun.
“Program ini sebagai upaya untuk mencetak satu juta talenta digital dalam lima tahun ke depan, dengan target 200 ribu talenta digital per tahun, target utama kami adalah masyarakat luas dan UMKM, pebisnis, atau pelaku usaha,” ucap Budi Arie.
Digital Talent Center
Sekadar catatan, sejatinya, Kemenkominfosendiri sudah mengembangkan strategi untuk mendirikan Digital Talent Center (DTC) atau Pusat Pengembangan Talenta Digital secara merata, di seluruh wilayah Indonesia. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkominfo Hary Budiarto memaparkan proses pembangunan DTC terbagi menjadi tiga lokasi prioritas.
Selain itu, Kemenkominfo juga akan memanfaatkan Unit Pelaksana Teknis (UPT) bidang pengembangan sumber daya manusia yang sudah ada.
"Jadi kita punya UPT di beberapa provinsi seperti di Cikarang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Banjarmasin, Medan, Makassar, Manado kita ada. Sudah ada UPT yang rencananya akan kita ubah tupoksinya menjadi DTC," kata Hary beberapa waktu lalu.
Adapun pembangunan DTC prioritas pertama akan dilakukan di Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Papua, dan Papua Barat. Kemudian, wilayah pembangunan DTC prioritas kedua antara lain Riau, Banten, dan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Sedangkan provinsi lainnya dikategorikan sebagai wilayah prioritas ketiga.
Hary menjelaskan tingkat kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan talenta digital, serta survei pengukuran Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) pada suatu wilayah menjadi faktor pertimbangan, dalam menentukan prioritas daerah-daerah yang akan dibangun DTC.
"Dalam menentukan prioritas ada kajiannya. Kami berdasarkan gap (kesenjangan ketersediaan dan kebutuhan talenta digital) sama IMDI, kita gabung sehingga prioritas pertama itu lah yang cukup penting untuk dibantu agar talenta digital di sana itu bisa lebih eksis," ujar Hary.
Dalam mengembangkan talenta digital di Indonesia, Kemenkominfo menginisiasi beberapa program seperti pelatihan masyarakat Digital Talent Scholarship (DTS) atau Digitalent yang menargetkan partisipasi 100 ribu orang pada 2024. Program Digitalent terbagi dalam beberapa akademi yakni Fresh Graduate Academy (FGA), Vocational School Graduate Academy (VSGA), Thematic Academy (TA), Professional Academy (ProA), Government Transformation Academy (GTA), Digital Entrepreneurship Academy (DEA), dan Talent Scouting Academy (TSA).
Selain DTS, ada program pelatihan kepemimpinan digital Digital Leadership Academy dan program Beasiswa Kominfo yang memberikan beasiswa pendidikan S2 bidang komunikasi dan informatika di luar negeri maupun dalam negeri.
Kemenkominfo juga menyediakan platform Diploy yang menghadirkan informasi mengenai lowongan pekerjaan maupun magang untuk mendorong penyerapan lulusan DTS ke industri.
"Mereka sudah lulus pelatihan kita tawarkan ke industri. Ada 600 (pelaku) industri masuk ke Diploy dari situ bisa dicek berapa banyak lowongan kerja, berapa banyak yang kontrak, berapa banyak virtual magang itu ada semua di situ," ujar Hary.