03 September 2024
10:37 WIB
Kemenkes Tegaskan Mpox Bukan Karena Efek Vaksin Covid-19
Mpox dan covid-19, tegas Kemenkes, merupakan dua penyakit berbeda dan tidak berkaitan.
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
Penumpang dari luar negeri melintas di area pemindai suhu tubuh milik Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan di Terminal 3 Internasional Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (2/9/2024). Antara Foto/Muhammad Iqbal.
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan penyakit mpox bukan karena efek vaksin covid-19. Pernyataan ini merespons narasi di media sosial yang menyebut, mpox terjadi karena efek hancurnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan vaksin covid-19.
Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril menjelaskan, mpox dan covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda. Mpox juga muncul jauh sebelum kemunculan SARS-CoV-2 penyebab covid-19 dan vaksin covid-19.
"Mpox dilaporkan ada sejak tahun 1970 dan endemis di Afrika Barat dan Tengah seperti di Afrika Selatan, Pantai Gading, Kongo, Nigeria, dan Uganda,” papar Syahril melalui keterangan tertulis yang diterima, Senin (2/9) malam.
Dia melanjutkan, mpox terus ada di negara-negara tersebut meski kasusnya tidak sporadis. World Health Organization (WHO) pun menyatakan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) untuk mpox pada 23 Juli 2022. Pada 11 Mei 2023, status itu dicabut oleh WHO.
WHO lantas kembali menyatakan Mpox sebagai PHEIC pada 14 Agustus 2024. Hal ini menyusul peningkatan kasus di Afrika Tengah dan Afrika Barat, terutama di Republik Demokratik Kongo dan beberapa negara di Afrika. Kasus mpox juga dilaporkan negara-negara lain di luar Afrika.
Dilihat dari sejarahnya, kata Syahril, mpox tidak berkaitan dengan vaksin covid-19.
"Penyakit mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin covid-19. Itu tidak ada hubungannya,” jelas dia.
Syahril memaparkan, mpox merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus mpox (MPXV), spesies dari genus Orthopoxvirus. Virus ini menular antar-manusia melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, bergandengan, hingga kontak seksual.
Berdasarkan laporan kasus konfirmasi mpox global, sekitar 60% orang yang terinfeksi mpox merupakan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL). Meski begitu, Syahril berkata, mpox dapat menyerang semua orang, termasuk anak-anak.
Kelompok yang berisiko tinggi mpox adalah orang yang serumah atau memiliki riwayat kontak, termasuk kontak seksual, dengan orang yang terinfeksi. Selain itu, orang yang melakukan kontak seksual dengan banyak pasangan dan berganti-ganti juga berisiko mpox.
"Anak-anak (terserang mpox) kalau dia tinggal bersama orang tua atau asisten rumah tangganya yang positif virus mpox. Tertular virusnya bisa dari sprei, sarung bantal, handuk, dan sebagainya," tutup Syahril.