07 Agustus 2024
08:47 WIB
Kemenkes Sebut Nelayan Potensi Terinfeksi Leptospirosis
Terinfeksi leptospirosis dari kencing tikus berpotensi kerusakan hati dan menyebabkan kematian.
Editor: Leo Wisnu Susapto
Nelayan beraktivitas di pesisir Jakarta Utara. ValidNewsID/Dwiditya Pamungkas.
JAKARTA - Plt Kepala Biro Humas dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, nelayan merupakan salah satu kelompok yang rentan terkena leptospirosis, penyakit yang ditularkan oleh urine tikus.
Hal tersebut dia sampaikan sebagai respons atas meninggalnya enam nelayan di Merak, Banten, yang diduga akibat leptospirosis.
Dikutip dari Antara di Jakarta, Selasa (6/8), Nadia menyebutkan, kasus leptospirosis banyak terjadi saat banjir, karena air seni tikus dapat tercampur dengan air banjir dan menginfeksi manusia.
"Gejala mirip flu berat tapi sering ada bengkak di kaki dan tangan serta kulit yang kuning. Seringkali dikira penyakit hepatitis," papar Nadia dalam keterangan tertulisnya.
Baca: Waspada Penyakit Leptospirosis Saat Musim Hujan
Dia menjelaskan ada obat untuk leptospirosis. Mereka yang terjangkit apabila tidak diobati, dapat menyebabkan kerusakan hati, sehingga berujung pada kematian.
Oleh karena itu, Nadia mengimbau publik agar selalu menggunakan alas kaki saat banjir, serta memastikan bahwa rumah bersih dan bebas dari tikus.
Dikutip dari situs resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditemukan di air atau tanah yang terkontaminasi. Menurut mereka, risiko meningkat setelah terjadi hujan lebat, banjir, atau siklon tropis (hurricane).
Kemudian, infeksi juga dapat terjadi apabila menyentuh cairan tubuh dari binatang yang terjangkit, atau mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi urine binatang yang terinfeksi leptospirosis.
CDC menyebutkan bahwa apabila tinggal di suatu tempat atau gedung yang dihuni banyak orang yang tinggal berdempetan, maka terdapat risiko terinfeksi penyakit itu.
Selain itu, sejumlah kegiatan yang dapat meningkatkan risiko infeksi, antara lain berenang atau arung jeram, berburu, berkebun, beternak, atau bekerja di klinik binatang.
Baca: Kematian Akibat Leptospirosis Lebih Tinggi Dari Covid-19
Selain penyakit hati, kata CDC, penyakit itu juga dapat menyebabkan meningitis serta kesulitan bernapas. Setiap tahunnya, secara global terdapat 1 juta kasus, dengan kematian mencapai hampir 60 ribu.
Sebelumnya, Dirpolairud Polda Banten, Kombes Yunus Hadith Pranoto, di Serang, Minggu (4/8) mendapat informasi pada pukul 00.30 WIB ada enam mayat, dan satu orang dalam keadaan kritis di Kapal KM Sri Mariana.
Baca: Waspada Leptospirosis, Penyakit Akibat Bakteri Saat Pancaroba
Selain itu, kata Hadith, terdapat delapan penumpang kapal yang mendapat penanganan medis.
Dia menyebutkan, jasad para korban dievakuasi dengan menggunakan kantong mayat dan dibawa ke RS Drajat Prawira Serang. Sedangkan, sembilan orang lainnya dalam keadaan sakit salah satunya kritis dievakuasi ke RS Krakatau Steel.