24 Juli 2024
16:27 WIB
Kemenkes Perkirakan Penderita Hepatitis B Capai 6,7 Juta Orang
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Nofanolo Zagoto
Foto ilustrasi positif hepatitis B. Shutterstock
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperkirakan jumlah penderita hepatitis B di Indonesia mencapai sekitar 6,7 juta orang merujuk data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Masalahnya, sampai saat ini jumlah penderita hepatitis yang ditemukan tidak mencapai 55.000 orang.
"Kecil (kasus yang ditemukan). Jadi, yang lain itu di mana? Padahal itu kan berbahaya," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, Imran Pambudi, dalam gelar wicara daring, Rabu (24/7).
Dia menjelaskan, skrining hepatitis B, C, dan D memang memiliki sejumlah tantangan. Pasalnya, hepatitis jenis itu menular melalui pertukaran cairan tubuh, misalnya hubungan seksual, penggunaan jarum suntik yang bergantian, dan darah. Ini membuat masyarakat khawatir memeriksakan diri karena takut distigma ketika dinyatakan positif.
"Kalau pada ibu hamil nih, kalau ketahuan positif itu ada stigma, kan dia ditanya nanti dapat dari mana penyakitnya? Jadi, kadang orang-orang itu mau meriksa mikir-mikir dulu," terang Imran.
Oleh karena itu, sebut dia, tenaga kesehatan perlu memahami cara menjelaskan penyakit hepatitis kepada masyarakat. Sebab, jika masyarakat mendapat stigma, mereka tidak akan kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk menjalani pengobatan.
Untuk menekan angka hepatitis, Imran berkata pemerintah menyediakan skrining hepatitis gratis bagi ibu hamil. Hal ini mengingat hepatitis bersifat transplasental, artinya bisa ditularkan dari ibu yang positif kepada bayinya.
Masalahnya, sebut dia, dari sekitar lima juta ibu hamil setiap tahun, tak sampai 70% di antaranya melakukan skrining. Hal ini kemungkinan karena mereka belum mengetahui layanan ini.
"Kalau pas diperiksa mungkin sampai sembilan bulan hampir lahir kok enggak pernah dites ya? Minta saja, ada (di puskesmas)," terang Imran.
Langkah pencegahan lainnya, lanjut Imran, bayi baru lahir diberikan vaksinasi hepatitis B0. Vaksin ini idealnya diberikan kurang dari 24 jam setelah bayi lahir. Hal ini agar rantai penularan hepatitis dari ibu ke anak bisa diputus.
"Kita juga sebisa mungkin melakukan skrining setahun sekali, terutama yang risiko tinggi kayak dokter, perawat, pokoknya yang berhubungan dengan darah," pesan Imran.