12 April 2023
09:59 WIB
Editor: Leo Wisnu Susapto
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memiliki 11.083 fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di Indonesia yang mampu melakukan skrining HIV.
"Hampir semua puskesmas dan rumah sakit mampu melakukan tes HIV. Jadi semua kasus bisa ditemukan melalui tes, tidak bisa melalui dilihat saja. Harus dites darahnya," kata Anggota Tim kerja HIV dan PIMS Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Lanny dalam webinar "Bimtek Peran Masyarakat dalam Perlindungan Anak dengan HIV/AIDS 2", di Jakarta, Selasa (11/4).
Lanny mengatakan, Kemenkes terus melakukan upaya-upaya percepatan untuk menemukan kasus-kasus baru HIV. Yakni, dengan melakukan standar pelayanan minimum, dimana semua orang yang berisiko diskrining.
Kemudian upaya percepatan skrining dengan bantuan komunitas. Lalu, skrining pada donor darah sehingga darah yang digunakan benar-benar aman dimanfaatkan.
Selanjutnya, dengan melakukan skrining semua pasangan dan anak biologis yang usianya kurang dari 18 tahun. "Ini upaya penemuan kasus secara dini," kata Lanny.
Lanny menuturkan seorang ibu yang terdiagnosa HIV akan diberikan terapi ARV. "Ini terapinya akan seumur hidup," sambung dia.
Kemudian bayi yang baru lahir dari seorang ibu yang terdiagnosa HIV akan diberikan ARV Profilaksis.
Selanjutnya, pada bayi usia 6-8 pekan, akan dilakukan penetapan diagnosa yang dikenal dengan Early Infant Diagnosis (EID).
Lanny mengatakan kebijakan pemerintah saat ini adalah pengobatan ARV pada semua kasus HIV yang ditemukan.
Saat ini, sebanyak 4.100 fasilitas pelayanan kesehatan mampu melakukan tes HIV dan melakukan pengobatan HIV.
Apa Itu Skrining HIV?
Tes skrining untuk mengetahui antibodi terhadap virus HIV, menggunakan sampel darah vena, dilakukan di laboratorium menggunakan metode rapid test.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi.
Sementara itu, AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir.
Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan. Orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak merasa sakit pada awalnya, tetapi perlahan-lahan sistem kekebalan tubuh akan rusak. Dia akan menjadi sakit dan tidak mampu melawan infeksi.
Dengan menjalani pengobatan yang dapat memperlambat perkembangan penyakit, pasien bisa menjalani hidup dengan normal.