02 Juni 2022
10:16 WIB
Editor: Leo Wisnu Susapto
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meluncurkan Formularium Fitofarmaka. Daftar obat herbal/tradisional ini diharapkan mewujudkan kemandirian Indonesia dalam produksi obat berbahan baku alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah.
"Belajar pada masa covid-19, 17 juta orang yang menggunakan fitofarmaka untuk kepentingan terapi, perkuat daya tahan tubuh dan terbukti berhasil melewati fase tersebut, diharapkan ke depannya obat-obat herbal menjadi salah satu kunci mempertahankan kemandirian kita dalam pengobatan secara nasional," papar Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono melalui keterangan pers yang diterima Antara di Jakarta, Kamis (2/6).
Peluncuran formularium ini dilakukan bersamaan Business Matching Tahap III “Peran Rantai Pasok Dalam Negeri untuk Mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia”, di Jakarta Convention Center, Selasa (31/5).
Dante mengatakan apabila obat sudah tergolong fitofarmaka maka bisa masuk dalam formularium sehingga bisa diresepkan oleh dokter.
“Ujungnya, bahwa pengobatan-pengobatan herbal itu bisa dipakai di fasilitas kesehatan. Kalau masih uji hewan dia belum bisa masuk. Untuk itu industri farmasi harus mengupayakan agar produknya bisa masuk formularium, caranya adalah harus melalui uji klinis terstandar,” ulas wamenkes.
Salah satu industri farmasi yang mengembangkan fitofarmaka adalah Dexa Group.
Director of Research & Business Development Dexa Group, Raymond Tjandrawinata memaparkan, para peneliti di Dexa Group telah melakukan berbagai upaya mewujudkan portofolio program yang akan diluncurkan di kemudian hari.
“Mulai dari obat herbal standar hingga ke fitofarmaka. Untuk itu kami menggunakan bahan alam hanya Indonesia, jadi kami telusuri untuk mendapatkan bahan alam dari seluruh kepulauan Indonesia, apa yang baik untuk dibuat, untuk menjadi obat-obat fitofarmaka,” katanya.
Raymond memberi contoh, Inlacin yang berasal kayu manis dari Gunung Kerinci. Dia sampaikan, peneliti mencoba kayu manis di semua daerah di Indonesia maupun di luar negeri, seperti di Sri Lanka, di India. Tapi, paling bagus rupanya di Kerinci.
Obat herbal dibuat dari apa yang diperlukan oleh dokter dan diresepkan oleh dokter. Tapi, kalau masyarakat mau membeli itu bisa izin dokternya, lanjut dia.
Saat ini, Dexa Group memiliki empat varian obat modern asli Indonesia fitofarmaka dari enam terapeutik area. Empat obat-obatan fitofarmaka Dexa Group tersebut adalah Stimuno (imunomodulator), Inlacin (antidiabetes), Redacid, (mengatasi tukak lambung) dan Disolf (pelancar sirkulasi darah).
Ke depannya Raymond mengharapkan peluncuran formularium penggunaan obat modern asli Indonesia fitofarmaka akan semakin meluas seiring dengan semakin banyaknya dokter yang meresepkan.
"Potensi penggunaan obat fitofarmaka bisa 5-10 persen oleh dokter di Indonesia, saat ini jumlah dokter yang meresepkan masih ratusan," sambung dia.
Selain itu, fitofarmaka diharapkan bisa menjadi substitusi bahan baku impor dan juga menjadi bagian kurikulum di fakultas kedokteran.