10 Juli 2024
18:00 WIB
Kemenkes Akan Manfaatkan AI Untuk Tingkatkan Layanan Kesehatan
Pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) akan dicoba di tiga rumah sakit, yaitu RS Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, RS Kanker Dharmais Jakarta, dan RS Dr. M. Djamil Padang
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Nofanolo Zagoto
Ilustrasi AI atau Artificial Intelligence. Shutterstock/Iurii Motov
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan mencoba pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Pemanfaatan AI akan dicoba di tiga rumah sakit yaitu RS Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, RS Kanker Dharmais Jakarta, dan RS Dr. M. Djamil Padang.
"Dalam pemanfaatan AI ini, kita melakukan tiga hal. Pertama, CT Scan otak, kita akan memanfaatkan AI ini untuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saraf terutama stroke di RSPON," ujar Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Azhar Jaya, dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (10/7).
Kedua, lanjutnya, AI akan dimanfaatkan di RS Kanker Dharmais dalam radiologi untuk penanganan kanker dan patologi anatominya. Ketiga, AI akan dimanfaatkan untuk skrining tuberkulosis melalui radiologi di RS Dr. M. Djamil Padang.
Azhar menjelaskan, perkembangan AI membuat layanan kesehatan yang sebelumnya dilakukan secara manual kini dapat diotomatisasi. Pemanfaatan AI di beberapa negara juga menghasilkan pelayanan yang cukup akurat, efisien, dan cepat. Hal inilah yang Kemenkes harapkan dapat terwujud.
Meski begitu, dia berkata keahlian dokter tetap menjadi faktor utama dalam pemanfaatan AI.
"Tentu saja ini tetap memerlukan expertise dari seorang dokter. Tidak bisa kita hanya menyandarkan pada teknologi," tegasnya.
Dalam pemanfaatan AI ini Kemenkes menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan teknologi kesehatan asal Australia, Harrison Al. Co-Founder dan CEO Harrison AI, Dimitry Tran, mengaku terhormat bisa berkolaborasi dengan Kemenkes terkait pemanfaatan AI khususnya dalam bidang radiologi dan patologi anatomi.
"Di Indonesia, hanya ada sekitar enam ahli radiologi untuk satu juta penduduk. Di Australia, kami memiliki 91 ahli radiologi untuk satu juta orang. Jadi, para dokter di Indonesia bekerja sangat keras untuk populasi yang sangat besar," terang Dimitry.
Menurutnya, teknologi AI dapat meningkatkan efisiensi kerja para ahli radiologi. Teknologi yang dia gunakan juga disebut terbukti efektif pada jutaan pasien di Australia, Inggris, Singapura, dan Hong Kong.