28 Oktober 2024
11:49 WIB
Kemendiktisaintek Minta Unair Batalkan Pembekuan BEM FISIP
Unair bekukan BEM FISIP karena kritik ucapan selamat rekotrat atas pelantikan Presiden-Wapres, Prabowo-Gibran.
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
Ilustrasi Pendidikan. Shutterstock/dok.
JAKARTA - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro meminta Universitas Airlangga (Unair) untuk membatalkan pembekuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair.
"Saya tadi malam sudah memberitahu Rektor Unair supaya membatalkan pembekuan BEM Unair dan beliau mengatakan siap," ujar Satryo saat ditemui di kantor Kemendiktisaintek, Jakarta Selatan, Senin (28/10).
Dia mengatakan, perguruan tinggi harus tetap menjaga kebebasan akademik. Mewujudkan hal ini bergantung kepada para pimpinannya.
Dia juga menyebut Kemendiktisaintek sudah memberikan keleluasaan kepada perguruan tinggi untuk melaksanakan kebebasan akademik.
"Saya minta kepada mereka, bapak-ibu rektor tolong jaga dengan baik karena kebebasan itu harus diimbangi dengan akuntabilitas, tanggung jawab kepada publik," ujar Satryo.
Dikutip dari akun Instagram @bemfisipunair, sebelumnya BEM FISIP Unair mendapat surel pemberitahuan dari dekanat tentang pembekuan BEM pada Jumat (25/10) lalu. Pembekuan ini terjadi setelah BEM FISIP Unair memasang karya seni satir berupa karangan bunga ucapan selamat kepada Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
Dalam karangan bunga yang dipasang di Taman Barat FISIP Unair itu terpampang foto Prabowo dan Gibran. Pada bagian atas karangan bunga tertulis, "Selamat atas dilantiknya jenderal bengis pelanggar HAM dan profesor IPK 2,3 sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang lahir dari rahim haram konstitusi."
Di bawah foto dan nama Prabowo terdapat tulisan "Ketua Tim Mawar", sedangkan di bawah foto dan nama Gibran terdapat tulisan "Admin Fufufafa". Selanjutnya, pada bagian bawah karangan bunga tertulis "Dari: Mulyono (Bajingan Penghancur Demokrasi)".