18 April 2024
11:09 WIB
Kemenag Buka Pelatihan Bagi Penghulu Cegah Konflik
Penghulu cegah konflik dengan memahami situasi dan bagaimana cara mencegahnya.
Penulis: Oktarina Paramitha Sandy
Editor: Leo Wisnu Susapto
Foto udara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta Pusat. Dok Shutterstock.
JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) menyelenggarakan pelatihan bagi penghulu, penyuluh agama, dan petugas bimas agama, untuk cegah terjadinya konflik agama di masyarakat.
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Suyitno berharap, melalui Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan ini, peserta dibekali kemampuan untuk mendeteksi, menganalisis, dan memitigasi konflik bernuansa agama.
“Sehingga peserta memiliki kecakapan menganalisis dan menyelesaikan potensi konflik sosial agama yang sering terjadi di masyarakat,” harap Suyitno dalam keterangan tertulis, Rabu (17/4).
Suyitno melanjutkan, ada tiga materi utama yang akan dipelajari oleh para peserta dalam pelatihan itu. Mulai dari, analisa faktor konflik, metodologi deteksi dini konflik, serta tahapan dan sistem deteksi dini konflik.
“Kita berharap para peserta pelatihan nantinya bisa terlibat secara aktif di masyarakat untuk memitigasi potensi-potensi konflik, sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara tetap bisa berjalan dengan rukun dan damai,” imbuh Suyitno.
Dia menjelaskan, pelatihan ini juga dibuka untuk umum yang memenuhi persyaratan tertentu. Namun, pelatihan ini diutamakan bagi para penyuluh agama, penghulu, serta pegawai Bimas agama-agama.
Untuk pelatihan ini, Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan telah mengalokasikan 270 kuota peserta. Nantinya, pelatihan akan diselenggarakan dalam sembilan angkatan, setiap angkatan berjumlah 30 orang.
Sementara itu, untuk rangkaian pendaftaran, para calon peserta dapat melakukannya secara online di situs web Kemenag. Nantinya, tahap seleksi juga akan dilakukan secara online dan transparan.
“Selama proses pembelajaran, peserta akan didampingi fasilitator dan narasumber ahli dalam deteksi dini konflik dan resolusi konflik,” urai Suyitno.
Suyitno berharap melalui pelatihan ini akan lebih banyak penyuluh agama, penghulu, dan petugas bimas, dapat mendeteksi, mencegah, dan memitigasi konflik keagamaan di masyarakat.
Dengan demikian, tidak ada lagi konflik-konflik yang dapat memecah belah masyarakat Indonesia.
“Siapa saja yang berminat sila mendaftarkan diri, kita ingin mendapatkan peserta yang sedari awal memiliki keinginan mengikuti pelatihan, bukan peserta pelatihan yang mengikuti karena ditugaskan,” ajak Suyitno.