03 Januari 2025
16:44 WIB
Kemdiktisaintek Evaluasi Program Kampus Merdeka
Kemendiktisaintek kini tengah menelaah program tersebut untuk kemudian menentukan program yang akan dilanjutkan dan yang akan disetop
Seorang mahasiswa berada di bilik foto salah satu stan pada Pameran Bulan Merdeka Belajar di Museum Negeri Sulawesi Tengah di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (31/5/2024). ANTARA FOTO/Basri Marzuki.
JAKARTA - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) mengaku tengah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan saat ditemui di Jakarta, Jumat (3/1) menyebutkan, pihaknya kini tengah menelaah program tersebut untuk kemudian menentukan program yang akan dilanjutkan dan yang akan disetop.
"Pak Menteri menyampaikan program Merdeka Belajar (Kampus Merdeka) itu akan dievaluasi, mana yang baik itu akan dilanjutkan, yang kira-kira kurang efektif itu akan dihentikan," tuturnya.
Hingga kini, Fauzan menyatakan belum terdapat kesimpulan yang menentukan masa depan dari program yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim itu."Belum (ada keputusan)," ucapnya singkat.
Diketahui, MBKM merupakan program pemerintah yang membebaskan mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar program studi selama satu semester dan berkegiatan di luar perguruan tinggi selama dua semester. Dalam program ini, perguruan tinggi diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan Kampus Merdeka yang sesuai kebutuhan dan minat mahasiswanya.
Terdapat sejumlah sub-program dalam MBKM, di antaranya seperti Magang Bersertifikat, Studi Independen, Kampus Mengajar, Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), Pertukaran Mahasiswa Merdeka, dan Wirausaha Merdeka. Hingga 2024, tercatat lebih dari 400.000 mahasiswa dan lebih dari 30.000 praktisi telah mengambil bagian dan menerima manfaat dari program MBKM.
Tidak Wajib
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro menekankan kepada seluruh unsur di pendidikan tinggi, Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka sifatnya tidak wajib bagi seluruh mahasiswa atau kampus.
"Keleluasaan diberikan kepada perguruan tinggi, mahasiswa, dan dosen, untuk meramu pendidikannya masing-masing. Tetapi kalau memang ramuannya itu tidak bisa dipenuhi dengan kampus merdeka, ya nggak usah," kata Menteri Satryo beberapa waktu lalu.
Satryo menegaskan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka memiliki ide yang sangat baik, yaitu memberi kesempatan pada mahasiswa atau perguruan tinggi untuk memberi keleluasaan di dalam belajar, menimba ilmu, dan memperkaya pengetahuan. Namun sesuai dengan namanya yang "merdeka", maka implementasinya juga harus merdeka dan tanpa paksaan.
"Merdeka artinya apa? freedom, kebebasan. Merdeka untuk apa? Untuk memilih, bahkan juga merdeka untuk nggak milih. Jadi, nggak milih juga boleh," ujarnya.
Satryo menyadari hal ini tidak bisa dipaksakan ke seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Sebab terdapat sejumlah kampus di Indonesia yang tidak mampu, dan tidak memiliki kecocokan dengan bidang yang ditawarkan.
Oleh sebab itu, ia mengumumkan kepada para pemimpin di perguruan tinggi untuk melaksanakan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka jika memiliki kecocokan dan nilai tambah bagi program studi yang dimiliki.
Di samping itu, ia juga mengajak kepada para dosen untuk membimbing para mahasiswanya dalam memilih berbagai opsi yang ditawarkan dalam program ini. Sebab, ia menilai terdapat mahasiswa yang merasa tidak cocok karena salah dalam memilih, akibat kurangnya bimbingan dan pengawasan para dosen.
"Saya sampaikan kepada teman-teman di kampus, kan merdeka sifatnya. Pilihlah! Itu pilihan anda, jadi pilih yang terbaik. Kalau yang terbaik nggak usah milih di luar kampus, nggak apa-apa juga, kan yang penting kampusnya berhasil," ucap Satryo.
Sebelumnya, Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menyatakan, gerakan Merdeka Belajar merupakan upaya pemerintah untuk mengembalikan marwah pendidikan Indonesia yang sesungguhnya.
Nadiem menuturkan marwah pendidikan di Indonesia merujuk kepada pemikiran-pemikiran yang telah diwariskan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara yakni kemerdekaan dalam kegiatan belajar dan mengajar.
“Murid dan guru harus sama-sama merdeka dalam proses belajar mengajar. Karena untuk mewujudkan bangsa yang merdeka, Indonesia perlu jiwa-jiwa yang merdeka,” ujarnya dalam Perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024 di Indonesia Arena Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, beberapa waktu lalu.