16 Oktober 2025
14:12 WIB
Keluarga Bisa Jadi Awal Masalah Psikologis Anak
Peran keluarga banyak yang tidak ideal untuk membentuk tumbuh dan kembang anak secara optimal.
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
Ilustrasi-Ibu mendampingi anak saat belajar. Shutterstock/Prathankarnpap.
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menilai, banyak masalah psikologis berawal dari kondisi keluarga yang tidak mampu berperan secara ideal. Keluarga sebagai lingkungan pertama manusia semestinya mampu menjadi tempat yang kondusif bagi seseorang untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
"Berbagai masalah balita, anak, remaja, bahkan dewasa, baik psikologis, sosial, dan perilaku, banyak bermula dari kondisi keluarganya yang tidak mampu memberikan peran sebagaimana mestinya," ujar Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes, Imran Pambudi, dalam webinar peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Kamis (16/10).
Dia melanjutkan, tidak adanya peran keluarga yang ideal salah satunya terlihat dari pola pengasuhan yang tidak layak. Yakni, kondisi balita pernah dititipkan atau diasuh oleh anak usia di bawah 10 tahun tanpa pengawasan orang dewasa selama lebih dari satu jam, atau pernah ditinggalkan sendiri selama lebih dari satu jam dalam seminggu terakhir.
Imran menyebutkan, berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021 sebanyak 3,69% balita pernah mendapatkan pengasuhan tidak layak. Selain itu, data lain pada 2023 menunjukkan sekitar 18.000 anak Indonesia mengalami kekerasan. Sebanyak 51% kasus kekerasan di antaranya terjadi di rumah dan 27% di antaranya dilakukan oleh orang tua.
Baca juga: Kesehatan Mental Remaja Wajib Dijaga
"Beberapa literatur yang lain juga menunjukkan ada korelasi antara pola pengasuhan orang tua dan masalah perilaku pada remaja," tambah Imran.
Dia menjelaskan, masalah dalam pola pengasuhan orang tua umumnya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Selain itu, juga disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua dalam mengelola emosi, kesulitan ekonomi keluarga, dan ketidaksiapan mental.
Imran berpendapat, pola pengasuhan tidak layak dapat dicegah dengan menerapkan pola pengasuhan positif. Pola pengasuhan positif ini fokus pada meningkatkan kemampuan orang tua atau pengasuh dalam mengelola kesehatan mental. Sehingga, dapat memberikan pola pengasuhan yang baik pada anak.
Dia menjabarkan, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam pola pengasuhan positif. Ini meliputi pengelolaan stres pada orang tua, pengelolaan emosi, pembagian peran orang tua dalam pengasuhan, komunikasi efektif pada anak, dan penerapan disiplin positif. Seluruhnya perlu diterapkan secara berkesinambungan untuk mewujudkan pengasuhan yang sehat jiwa.
"Tidak mungkin atau susah bagi kita untuk mengharapkan anak-anak itu tumbuh dan berkembang dengan baik apabila orang tua yang mengasuh mereka ini tidak bisa mengontrol emosi," tutup Imran.