13 September 2025
11:48 WIB
Keluarga Berperan Penting Cegah Lansia Depresi
Keluarga menjadi pendekatan nonfarmakologis untuk mencegah maupun menangani depresi seperti pada lansia.
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
Kegiatan mahasiswa IPB University pada program pemberdayaan di Rumah Perawatan Lanjut Usia Kristen (RPUK) Muara Kasih, Cimanggis, Kabupaten Bogor, 2024. IPB University.
JAKARTA - Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, Riati Sri Hartini menyampaikan, keluarga berperan sangat penting dalam mencegah dan mendampingi lansia yang mengalami depresi. Pelibatan keluarga ini termasuk dalam pendekatan nonfarmakologis dalam mencegah maupun menangani depresi.
"Support sosial dari keluarga sangat berpengaruh. Kalau dukungan emosional dan praktis tetap ada, risiko depresi bisa ditekan meski fisik atau kondisi finansial lansia menurun," terang Riati dikutip dari laman resmi IPB University, Sabtu (13/9).
Dia menjelaskan, menurut klasifikasi World Health Organization (WHO) lansia adalah individu berusia 60 tahun ke atas. Secara rinci, kelompok usia 60–74 tahun masuk kategori lansia, usia 75–90 masuk kategori elderly, dan di atas 90 tahun masuk kategori very old.
Riati menerangkan, keluarga bisa berperan mencegah depresi dengan mendorong perbaikan gaya hidup pada lansia. Misalnya, memperbanyak variasi aktivitas positif, olahraga, menjaga hobi, dan tetap aktif berkomunitas.
Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Lansia Sering Marah-marah Jadi Tanda Depresi
Selain itu, keluarga bisa memberikan dukungan emosional bagi lansia. Lansia pun sebaiknya terbuka menceritakan ketidaknyamanannya agar orang di sekitarnya memahami kebutuhan mereka.
Riati memaparkan, faktor penyebab depresi pada lansia sangat beragam. Hal ini mencakup penurunan kondisi fisik, kehilangan pasangan atau sahabat, hingga perubahan finansial setelah pensiun. Selain itu, lansia juga bisa merasa kehilangan dukungan satu per satu yang membuat mereka rentan depresi.
Adapun gejala depresi pada lansia mencakup suasana hati yang negatif, kehilangan semangat, kelelahan, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, dan menurunnya konsentrasi. Pada kasus tertentu, lansia juga bisa memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup.
“Gejala depresi pada lansia lebih samar karena sering dianggap bagian dari penyakit fisik atau proses penuaan," jelas Riati yang juga seorang psikiater.
Oleh karena itu, Riati pun meminta keluarga untuk lebih peka dengan gejala depresi pada lansia. Jika gejala depresi muncul, dia mengimbau lansia untuk tidak ragu mencari pertolongan profesional.