04 Juni 2025
18:31 WIB
Kecelakaan Truk Rem Blong Terus Berulang, KNKT Sarankan Ini
Kecelakaan rem blong pada jalan menurun selalu memiliki pola yang sama, yaitu pengemudi menggunakan gigi tinggi dan melakukan pengereman berulang, sehingga mengakibatkan rem tidak berfungsi
Penulis: Aldiansyah Nurrahman
Editor: Nofanolo Zagoto
Kecelakaan truk di Gerbang Tol Ciawi 2 Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor Jawa Barat, Senin (2/6/2025). ANTARA/HO-Polresta Bogor Kota.
JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan beberapa faktor penyebab kecelakaan bus dan truk. Salah satunya, persoalan rem blong.
Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan mencontohkan seperti kasus truk ngeblong di jalur Gekbrong Sukabumi-Cianjur. Truk ini mengalami rem blong di Jalur Gekbrong dan menewaskan 18 orang dan puluhan orang luka berat.
“Faktor penyebab tekanan angin di bawah standar, dipicu oleh pengemudi menggunakan gigi tinggi pada jalan menurun panjang dan melakukan pengereman berulang,” kata dia, dalam keterangannya, Rabu (14/6).
Lalu, kecelakaan bus wisata di Subang. Bus ini mengalami rem blong di jalan Bandung - Subang sesudah Tangkuban Perahu. Sebanyak 11 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka luka.
“Fakta, bus kehilangan kendali karena rem tidak berfungsi. Hasil investigasi menemukan adanya kebocoran masif pada relay valve yang dipicu adanya oli yang berasal dari tabung angin,” katanya.
Dia mengatakan, pengemudi bus ini tidak melakukan pemeriksaan rem sebelum beroperasi, sehingga yang bersangkutan tidak mengetahui adanya kebocoran tersebut. Si pengemudi juga baru pertama kali membawa bus tersebut.
Wildan mengungkapkan, kecelakaan rem blong yang selalu terjadi pada jalan menurun memiliki pola yang sama, yaitu pengemudi menggunakan gigi tinggi saat melalui jalan menurun dan melakukan pengereman berulang, sehingga mengakibatkan rem tidak berfungsi.
“Memindahkan gigi di jalan menurun saat rem tidak berfungsi, sehingga menyebabkan gigi masuk ke posisi netral dan berakhir dengan tabrakan hebat karena kecepatan kendaraan bisa mencapai 100 km per jam bahkan lebih karena melaju pada jalan menurun dalam posisi gigi netral,” katanya.
Sementara, kecelakaan rem blong yang dipicu rem tidak berfungsi karena mengalami malfunction pada sistem rem. Hal ini disebabkan karena pengemudi tidak melakukan pemeriksaan kendaraan sebelum beroperasi.
Untuk mencegah kecelakaan seperti itu terjadi lagi, Wildan meminta pengemudi bus dan truk memahami teknik mengemudi di jalan menurun agar dapat terhindar dari kejadian rem blong.
Selain itu, pengemudi harus mengenali jalan yang akan dilaluinya, dan mengurangi kecepatan dan berhati-hati saat melalui jalan yang tidak dikenali.
Dia juga meminta pengemudi periksa level minyak rem, perhatikan batas minimal-maksimal keterisian minyak rem. Memeriksa kebocoran minyak rem pada bagian roda jika minyak rem turun, memeriksa kandungan air dalam minyak rem untuk menghindari angin palsu, dan ganti minyak rem secara berkala.
“Pemeriksaan tromol, celah dan ketebalan kampas rem. Injak pedal rem secara penuh, turunnya tekanan angin pada indikator tidak boleh melebihi 0,5 bar. Jika turunnya tekanan angin satu bar atau lebih agar mekanik memeriksa celah kampas atau kondisi kampas rem,” kata Wildan.
Kemudian, pada saat akan memasuki jalan menurun panjang gunakan gigi rendah untuk menghindari penggunaan rem pedal secara berulang-ulang. Dia memperingatkan, memindahkan gigi di jalan menanjak atau menurun berisiko masuk ke gigi netral.
“Aktifkan exhaust brake saat RPM mulai mendekati zona merah. Jika RPM tetap naik hingga zona merah, injak pedal rem dan nonaktifkan exhaust brake hingga RPM turun. Lepas pedal rem saat RPM sudah turun. Jika RPM kembali naik, aktifkan kembali exhaust brake. Ulangi langkah ini sesuai kebutuhan,” paparnya.
Jika pengemudi melakukan pengereman berulang maka kampas rem ber risiko overheat atau kelebihan panas dan menyebabkan rem blong. Selain itu, juga bisa menyebabkan penurunan tekanan angin secara drastis dan berakibat rem blong.
“Kunci selamat berkendara di jalan itu ada tiga, yaitu pertama, kompeten, bahwa setiap pengemudi yang mengendarai bus atau truk mampu memastikan kondisi kendaraannya baik, paham penggunaan sistem rem, paham informasi di dashboard, paham aturan lalu lintas dan paham jalan,” pungkasnya.