21 Januari 2025
16:38 WIB
Kasus TBC Di Indonesia Tahun 2024 Capai 860 Ribu
Pada 2024, dari target 100% kasus diobati, baru 89% kasus TBC yang mendapat pengobatan
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Nofanolo Zagoto
Seorang warga melakukan proses skrining tuberkulosis (TBC) melalui aplikasi Ransel TBC di Kota Tangerang, Banten, Kamis (4/7/2024). AntaraFoto/Sulthony Hasanuddin
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan sebanyak 860.100 kasus tuberkulosis (TBC) di seluruh Indonesia sepanjang tahun 2024. Angka ini bukan data final dan masih terus dihitung hingga akhir Februari 2025 karena adanya delay reporting.
"Ini belum hasil akhir. Namun, kalau kita melihat hasilnya dari tahun 2021 hingga tahun 2024 ini terjadi peningkatan, peningkatan dalam penemuan kasus maupun pengobatannya," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina, dalam temu media daring, Selasa (21/1).
Dia memaparkan, pada tahun 2021 pemerintah menemukan 443.235 kasus TBC. Angka itu meningkat menjadi 724.309 kasus TBC pada 2022, 821.200 kasus TBC pada 2023, dan 860.100 kasus TBC pada 2024.
Meski begitu, dia mengakui penemuan kasus TBC yang terus meningkat itu belum mencapai target. Contohnya, pada 2024 pemerintah menargetkan menemukan 900.000 kasus TBC. Besaran target ini adalah 90% dari estimasi kasus TBC di Indonesia, yaitu 1.092.000 kasus.
Di samping itu, jumlah kasus TBC yang diobati juga belum mencapai target. Pada 2024, dari target 100% kasus diobati, baru 89% kasus TBC yang mendapat pengobatan.
Ina memaparkan, ada beberapa strategi yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi TBC. Salah satunya adalah penguatan skrining dan penemuan kasus secara aktif menggunakan x-ray. X-ray dinilai sangat sensitif dalam mendeteksi orang-orang yang terlihat sehat, tapi sebenarnya terinfeksi TBC.
Selain itu, Ina menyebut skrining TBC kini terintegrasi dengan program pemeriksaan kesehatan gratis yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Dalam pemeriksaan kesehatan gratis juga ada itu skrining untuk TBC, sehingga diharapkan nanti kita lebih luas lagi untuk menyaring pasiennya," tutup Ina.